Source : google.com |
Bisa membaca, sudah selayaknya bisa menulis. Karena keduanya biasanya akan saling berkorelasi, saling berhubungan. Setiap yang bisa membaca, hampir bisa dipastikan, dia juga bisa menulis. Hanya yang menjadi masalah, tidak semua orang yang bisa menulis itu, bisa dengan mudah merangkai kata menjadi kalimat yang memiliki makna. Menyusun kalimat menjadi suatu cerita atau bacaan yang yang mengalir dan menarik. Banyak yang justru galfok (gagal fokus) saat berhadapan dengan selembar kertas putih, maupun saat berada di depan monitor laptop atau komputer. "White paper ghost" begitu biasanya kondisi tersebut digambarkan.
Pada umumnya, kebiasaan menulis tentang apa yang dirasa, uneg-uneg, curcol, dan sebagainya, sebagaimana layaknya generasi lalu menuliskan diary, catatan harian, adalah sesuatu yang sudah biasa dilakukan. Untuk saat ini, menulis status di facebook, WA story, twitter, dan sebagainya, sebenarnya juga merupakan pembiasaan kegiatan menulis. Untuk tingkatan yang lebih serius, seperti menulis artikel, makalah, cerpen, novel, dan sebagainya, tinggal pengembangan dan pendalaman lebih lanjut. 'Asa bisa karena biasa' mungkin bisa dijadikan salah satu landasan. Dengan berlatih menulis secara terus menerus, maka tulisan yang dihasilkan pun In syaa Allah akan semakin baik kualitasnya.
Menulis, yang dimaksud adalah menulis rangkaian kalimat-kalimat yang penuh arti dan makna, sebenarnya memiliki banyak manfaat. Setidaknya, kita akan merasa sedikit lebih "lega" setelah menuliskan uneg-uneg di status FB, atau WA story. Betul, kan ?! Ganjalan hati yang terasa sedikit seolah terkurangi. Memang begitulah adanya. Menulis dapat menyalurkan emosi yang terasa. Membuat emosi sesudahnya menjadi lebih tenang. Itulah mengapa menulis bisa digunakan sebagai terapi pada orang-orang yang memiliki masalah kejiwaan, seperti pada orang depresi (penelitian Fitri Ayu Mustika, 2019). Salmiati dan kawan-kawan, 2020, juga telah menlakukan penelitian terhadap anak-anak korban bullying. Anak-anak tersebut dikurangi tingkat kecemasannya dengan terapi menulis.
Setidaknya, ada beberapa manfaat dari kegiatan menulis ini, sebagaimana yang diuraikan dalam buku "Menulis Populer" (Siti Ansoriyah dkk, 2018) seperti berikut ini :
- Menulis
dapat mengukur potensi diri
- Menulis
dapat mengembangkan berbagai gagasan
- Menulis
memaksa seseorang untuk lebih banyak menyerap dan menguasai informasi
- Menulis
berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematis
- Menulis
dapat meninjau dan menilai gagasan secara objektif
- Menulis
dapat memudahkan dalam memecahkan masalah
- Menulis
dapat mendorong belajar secara efektif, dan
- Menulis akan membiasakan untuk berpikir secara tertib.
No comments:
Post a Comment