Sunday, September 6, 2020

CHECK UP

Ruang tunggu

Sabtu, 5 September 2020 kemarin, Emak ke RS, dokter SpOg. Untuk kepentingan kontrol pasca tindakan medis (kuret dan transfusi) pekan lalu. Ternyata hari itu banyak yang melahirkan sepertinya. Hal ini dibuktikan dengan bberapa kali Dr. Lina Meilina Sp.Og keluar ruangan periksa untuk melakukan tindakan medis. Bolak balik. Ruang operasi. Ruang bersalin. Ruang periksa. Kebayanglah bagaimana letihnya Beliau, yang sudah buka praktek dari pagi hari di Rumkit ini.

Setelah menunggu lebih dari 3 jam (itu pun dari rumah berangkatnya setelah waktu shalat Zuhur), akhirnya dapat giliran juga. Aslinya nomer antrian 44, tapi ternyata dipanggil di nomer 41. Okelah kalau begitu. Alhamdulillah.

Ditanya-tanya, lalu cek USG, lalu cek lagi (maaf) kondisi pembalut, lalu berbincang lagi. Alhamdulillah, hasilnya baik-baik saja. So far so good. Tidak ada penambahan obat. Cukup menghabiskan yang masih ada saja. Alhamdulillah. Lega sudah. Akhirnya Emak dan Babeh balik pulang segera, karena pekerjaan Babeh sudah menunggu.

Sampai situ, Emak tak henti bersyukur atas kelancaran prosesi tindakan medis ini. Tidak terbayang kalau Emak mesti operasi angkat rahim, seperti yang sebelumnya pernah Dokter lain sampaikan ke Emak sebelumnya. Alhamdulillah, miom Emak cukup dipotong saja, dan tali penggantung miom tersebut dikuret, sementara Emak dibuat tertidur dengan obat bius yang disuntikkan oleh Dokter Spesialis Anestesi. Tindakan cukup di ruang bersalin, bukan di ruang operasi.

Alhamdulillah, proses tindakan medis berlangsung lancar dan cepat. Hanya butuh waktu sekitar 10-15 menit untuk pelaksanaannya. Tak lama kemudian Emak pun dibangunkan oleh Dokter Anestesi. Saat itu sekitar pukul 20.30 - 21.00 WIB. Malam. Emak lupa jam tepatnya. Transfusi darah Emak baru saja dimulai, begitu tindakan selesai. Alhamdulillah pada akhirnya ada 3 kantong darah AB +, dari 4 kantong yang dibutuhkan. Emak pun jadi seperti "vampire" yang kehausan darah, hingga sekitar jam 5 keesokan paginya, dengan "menghabiskan" 3 kantong darah tersebut.

Belakangan, Emak baru melihat langsung potongan miom tersebut. Ternyata sebesar baso telor, dan padat. Cukup berat. Yang awalnya berwarna kemerahan, perlahan berubah warna jadi keabu-abuan, mirip warna baso, dan tersimpan di dalam larutan tertentu (mungkin boraks atau formalin) di dalam plastik. Sementara potongan "penggantungnya" dimasukan ke dalam plastik berbeda. Masih ada darahnya saat Emak lihat. Yang ini agaknya tidak diberi cairan atau larutan seperti pada miom tadi.

Emak pun baru paham setelah Dr. Lina kemarin menjelaskan, bahwa jika penggantung miom kemarin berukuran cukup tebal/besar, maka operasi pengangkatan rahim memang mungkin akan dilaksanakan. Kalau pun tidak diangkat rahimnya, maka miom tetap harus dikeluarkan dari atas. Jadi ini seperti operasi sesar pada proses kelahiran. Hanya saja, kalau sesar biasa yang dikeluarkan adalah bayi, kalau ini, yang dikeluarkan adalah miom tadi.Sekali lagi, Emak bersyukur, operasi tersebut tidak dilaksanakan. Alhamdulillah, penggantung miom Emak berdiameter hanya sekitar 1 cm. Jadi cukup dengan di-kuret saja. Dan Alhamdulillah lagi, semua itu tanpa jahitan !

Sebenarnya, jika proses kuret saja, bisa dilakukan secara ODC (One Day Care). Artinya tidak perlu menginap, bisa langsung pulang pada hari yang sama. Hanya berhubung Hb Emak yang begitu rendah, jadi perlu transfusi untuk mengkatrol kadar Hb tersebut. Dan itu butuh waktu. Karenanya, mau tidak mau, menginap jugalah Emak 1 malam di RS. Sekitar 1 jam setelah proses transfusi 3 kantong darah, Emak kembali diambil sampel darahnya untuk diuji di laboratorium. 


Ruang Dokter yang terbuka saat Dokter sedang melakukan tindakan medis

Setelah kantong darah selesai, sambil menunggu hasil labnya, dan menunggu visit dokter, Emak tetap dalam kondisi diinfus. Entah cairan bening apa itu. Mungkin NaCl. Oiya, Emak baru dipindah dari ruang bersalin ke ruang perawatan, setelah proses transfusi selesai. Dan selama itu Emak di ruang bersalin, Babeh melewati malam dengan tidur 'ayam' di bangku depan ruang bersalin. Posisi Babeh bersiaga, karena tak ada kejelasan kapan Emak dipindah ke ruang rawat biasa. Jadi, nyaris tak bisa tidur Bliau. Dan ternyata, Emak baru dipindah ke ruang rawat, setelah Babeh kembali dari Musholla untuk shalat Shubuh. 

Pagi itu, Dokter visit ke ruang perawatan untuk cek kondisi Emak. Alhamdulillah, bagus progresnya. Dan kata Beliau, kalau Hb sudah 8 nanti, bolehlah pulang. Nanti didopping saja untuk menaikkan Hb lagi, dengan bekal obat-obatan dan makanan lainnya yang bisa digunakan untuk menaikan Hb. Alhamdulillah. Dan yang Emak syukuri lagi adalah, ternyata yang visit ini adalah dokter pengganti, karena pada hari itu (Sabtu) kebetulan Dokter Lina cuti. Maa Syaa Allah !! Kebayang kaannn ??? Seandainya kemarin (Jum'at) Emak tidak langsung memutuskan untuk ditindak pada hari itu juga, maka entah kapan akan bisa ditindak. Akn ter-pending beberapa hari, karena Dokter Lina cuti. Dan kebayang juga kaaan, bagaimana parnonya Emak, karena ada bagian dari dalam tubuh, yang mencuat keluar, dan dibiarkan berhari-hari .. ?!  Bagaimana kalau terkena kuman, bagaimana kalau bususk, bagaimana kalau.. bagaimana kalau... dsb, dst...  Bagaimana tidak nyamannya duduk, karena ada yang mengganjal. Bagaimana harus bersikap hati-hatinya... dsb, dst. Yaaa..... Alhamdulillah, Emak langsung putuskan hari itu juga ditindaknya, tanpa berpikir panjang, tanpa berdiskusi dulu dengan Babeh (kebetulan saat Emak masuk ruang periksa dokter kemarin itu, Babeh sedang Shalat Jumat). Emak mantap saja memutuskannya. Alhamdulillah... Syukur yang tak berhingga, atas berbagai kemudahan dan kelancaran proses yang telah diberikan-Nya.

Sekitar jam 10 pagi, saat Babeh pulang sebentar ke rumah, perawat masuk untuk memberitahukan hasil Lab. Alhamdulillah Hb Emak sudah naik jadi 7,9. Masih di bawah standar memang. Setidaknya, Hb Emak seharusnya 10. Normalnya 12. Tapi Emak sudah diperkenankan pulang siang itu. Senangnyaaa... Bergegas Emak kontak Babeh unuk tidak berlama-lama di rumah, karena Emak sudah boleh pulang.

Oiya, ini yang jadi ciri khas peraturan opname di rumkit ketika pandemi seperti saat ini, disampaikan di awal, sesaat akan masuk ke tempat tindakan : yang menjaga hanya satu orang, jadwal besuk diTIADAkan ! Jadi Babeh aja yang menunggui..

Akhirnya... dengan dibekali sejumlah jenis obat, Emak pulang ke rumah. Alhamdulillah...

Semoga, selanjutnya, Emak sehat-sehat terus yaaa... Mohon doanya..


Satu lagi, setelah beberapa bulan, inilah kali pertama lagi Emak melihat tangan Emak berwarna'merah" lagi. Sebelumnya yang nampak adalah "putih", "pucat".. Ya..karena ternyata, Hb Emak yang parah tadi. (Emak sendiri sempat terkaget saat mendengar Suster bilang bahwa Hb Emak 4,3. Serendah itu ??!!). Alhamdulillah..


========


Bekasi, kamar tengah

07.20 WIB

Emak yang Alhamdulillah sudah mulai "merah" lagi... :)


No comments:

Post a Comment