Saturday, January 2, 2021

BYE 2020, HI 2021...

 


Beberapa menit sebelum tutup tahun 2020 di Wilayah Indonesia Bagian Barat. Sebuah tahun dengan angka cantik. Sebuah tahun yang begitu unik, karena memiliki kenangan bagai seluruh umat di dunia. Sebuah tahun yang pada sebagian orang sempat dibuatkan candaan seperti ini : tahun 2020 itu hanya terdiri atas bulan Januari, Februari, Maret, dan …. Desember!  

Hehehe.. Tentu Anda paham alasannya yaaa..?! 


Betul, karena pada Maret pertengahan, hingga Desember pun sebenarnya, pandemi COVID-19 melanda dunia. Kegiatan outdoor, apalagi yang melibatkan banyak orang sangat dibatasi. Ekonomi terpuruk. Anak-anak belajar dari rumah. Pekerja pun banyak beralih ke rumah. Ibadah di rumah. Hampir semua terpusat di rumah. Keluar hanya untuk urusan yang penting-penting saja. Ketergantungan akan jaringan internet pun jadi meningkat, karena banyak aktifitas yang pada akhirnya menjadi online, daring. Biaya kuota membengkak, kalau tidak menggunakan wifi yang bisa digunakan oleh seluruh anggota keluarga. 


Ritme dan gaya kehidupan "dipaksa" berubah secara mendadak. Selain "dikurung" dalam rumah, manusia pun diharuskan lebih memahami teknologi IT. Sistem online membuat orang yang gaptek "harus" belajar banyak dan intens tentang teknologi. Bukan hanya anak-anak yang masih belia, yang pada zaman normal malah diusahakan untuk menjauh dari gadget, namun juga yang sudah paruh baya, harus memahami penggunaan IT tersebut. Mau tidak mau. Setidaknya yang berhubungan langsung dengan kebutuhan tugas sekolah (proses belajar-mengajar), atau pun pekerjaan. Bagaimana tidak? Absensi para pekerja yang biasanya dengan sistem 'setor jari' pada mesin presensi, kini beralih ke sistem absensi online. Tentunya ini untuk meminimalisir perpindahan virus Corona pada mesin tersebut. Di samping juga karena pekerjaan beralih menjadi dilakukan di kediaman masing-masing. 


Penggunaan masker, mencuci tangan di tempat umum berulang kali, menjaga jarak antar sesama, menjadi suatu kebiasaan baru. Kepadatan di kendaraan umum pun berkurang, setidaknya sekitar 50%. Para penumpang commuter pun jadi terbiasa menggunakan pakaian berlengan panjang, karena ini menjadi syarat untuk diizinkan/tidaknya naik moda tersebut. 


Para ibu dituntut untuk bisa menjadi seorang guru bagi anak-anak nya, meski dengan segala keterbatasannya. Dan tak jarang karena hal ini, tekanan darah meningkat. Anak-anak juga kurang nyaman belajar dengan para orang tua yang kurang memahami cara menyampaikan materi pembelajaran sekolah dengan baik. Bukan tidak mungkin, hubungan orang tua dan anak menjadi kurang baik karenanya. 


Dan berbagai hal lainnya yang serta merta terjadi dalam masa pandemi ini. 


Bahasan tentang hal ini tentu sudah banyak disampaikan. 


Yang ingin Saya sampaikan di sini adalah harapan ke depannya. Bukan untuk mengkultuskan moment tahun baru Masehi ini. Namun lebih kepada harapan di hari-hari esok, yang menurut agama Islam, agama yang Saya anut, mestilah lebih baik dari hari ini, apalagi kemarin. Hal ini adalah agar kita tidak menjadi hamba yang merugi.


Setiap orang memiliki keinginan dan harapan untuk masa depannya. Biasanya disebut sebagai resolusi. 


Secara pribadi, Saya ingin jadi lebih baik dari yang sebelumnya. Keluarga makin harmonis. Anak-anak makin sholeh-sholehah. Serta makin berprestasi, makin bahagia. Satu lagi, semoga keinginan Saya untuk bisa pindah ke rumah kami, yang 2 (dua) tahun kemarin dikontrakan, bisa terkabul. Keinginan untuk membangun keluarga secara mandiri. Menata kehidupan keluarga kami, semaksimal yang bisa kami upayakan. Semoga hambatan yang ada untuk kami bisa melaksanakan keinginan tersebut, segera bisa terselesaikan dengan baik. Aamiin. Kami hanya ingin bahagia. Dunia dan akhirat. Itu saja. In syaa Allah dimudahkan-Nya. Aamiin. 


Lalu bagaimana dengan Anda? Bagaimana resolusi atau harapan Anda? 

Buatlah resolusi sebaik mungkin, untuk berbagai hal. Resolusi yang penuh kebaikan dan manfaat. In syaa Allah. 


****

Kamar tengah, 31 Desember 2010

23.44 WIB


Leni Sudiarti


No comments:

Post a Comment