Monday, January 4, 2021

ATUR UANGMU !

 

DISCLAIMER : Sebelum melanjutkan membaca, perkenankan Saya menyampaikan Disclaimer bahwa apa-apa yang Saya sampaikan di sini bukan berarti begitulah Saya adanya. Karena yang Saya sampaikan ini  adalah berdasarkan apa-apa yang Saya pahami, Saya fikirkan. Saya sendiri juga belum mahir mengelola keuangan dengan baik. Semoga ini pun menjadi pembelajaran bagi Saya pribadi, dan juga bisa bermanfaat bagi yang lain. Semoga.






Keuangan yaaa?? Hmhhh…Suatu tema yang cukup sensitif sekaligus menarik untuk dibahas bagi Saya. 


Baiklah, Saya coba menuliskannya, membahas keuangan dari sisi yang berbeda...


Ketakmampuan mengelola nafsu terhadap godaan duniawi, seringkali menjadi penyebab keterpurukan ekonomi keluarga. Bahkan mungkin saja akan merambat kepada ekonomi masyarakat dan bangsa. Nafsu yang tak terkontrol, terhadap berbagai hal, telah terlampau sering membuat manusia jatuh, hancur, dan bahkan mungkin terhina. 


Cerita berikut semoga bisa menjadi inspiasi bagi kita semua...

Masih jelas dalam ingatan Saya, bagaimana seorang kerabat mengalami keterpurukan ekonomi. Secara bertahap namun dalam waktu yang tidak terlalu jauh bedanya, perlahan satu demi satu properti mau pun benda yang sempat dimilikinya, lepas darinya. Mobil yang dimilikinya secara mencicil, hanya mampu di bayarnya sekitar satu tahun. Rumah keduanya yang dibelinya secara cash kepada developer dengan uang yang dipinjamnya dari bank, akhirnya dijualnya. Perhiasan emas maupun logam mulia yang dimilikinya satu demi satu lepas darinya. 


Pertanyaannya : "Kok bisa? "


Tentu bisa. 


Mobil yang dicicil tersebut, diambil saat perekonomiannya belum cukup kuat. Masih labil. Usaha yang dirintisnya belum stabil, meski sudah berjalan beberapa tahun. Hasil yang dicapai baru cukup untuk menambah memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini diperparah dengan prosesi resign yang bersangkutan dari pekerjaannya, beberapa bulan setelah mengambil kredit mobil. Entah bagaimana pertimbangannya saat mengambil keputusan tersebut. 


Lalu rumah. Ini adalah rumah kedua yang diambilnya. Merasa yakin dengan penghasilan dari usahanya, gaji dari tempatnya bekerja, serta ditambah dengan istri yang juga a worker lady, mereka nekad membeli rumah secara cash, dengan uang yang dipinjamnya dari bank. Ini dilakukan karena prosedur peminjaman uang multiguna adalah lebih mudah untuk disetujui pihak bank dari pada harus mengambil rumah dengan sistem KPR. Ini disebabkan karena mereka sebelumnya telah memiliki rumah yang dibayarkan secara KPR. Pinjaman multiguna lebih mudah diperoleh, karena pihak bank telah menjalin kerjasama finansial dengan tempat sangat istri bekerja. 


Sebelum itu semua, bahkan hingga beberapa property besar telah "melayang", beberapa perhiasan emas, termasuk logam mulia yang mereka miliki telah beralih kepemilikan. Sebagian besar karena ketaksanggupan membayar cicilan atau menebusnya dari lembaga penggadaian. Bahkan termasuk di dalamnya mahar pernikahan mereka. 


Ketidakmampuan dalam mengelola keuangan dengan baik, bisa berujung penumpukan hutang. Sementara hutang adalah sesuatu yang harus dibayarkan. Apalagi juga berhutang kepada lembaga finansial yang menerapkan bunga pinjaman. Keterlambatan mau pun kegagalan bayar akan menyebabkan tagihan kian menumpuk. Sementara kebutuhan hidup pun masih terus ada. Di sinilah berpeluang munculnya berbagai masalah turunannya. Termasuk di dalamnya masalah keluarga : kekurangharmonisan, keretakan, bahkan mungkin hingga perceraian. Na’udzubillah min dzaalik.


Berkaca dari kasus kerabat tersebut, sepertinya ada beberapa hal yang bisa memicu permasalahan dalam hal keuangan ini. Antara lain : 


Pertama, ketakmampuan mengelola nafsu. Seringkali masalah keuangan muncul karena hal ini. Karena nafsu untuk mencapai atau memiliki sesuatu, apa pun bisa saja ditempuh. Terkadang mata lebih lapar dari pada perut. Terkadang hasrat untuk memiliki begitu tinggi, tanpa peduli hal/benda tersebut memang dibutuhkan atau tidak. Yang parahnya adalah ketika keinginan tersebut tidak sesuai dengan kemampuan finansial. Jadinya lebih besar pasak dari pada tiang. Nafsu, gengsi, mengalahkan segalanya.


Kedua, minimnya pengetahuan tentang pengelolaan keuangan. Sedikit banyaknya memang dibutuhkan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan. Akan lebih mantap jika memang sudah memiliki banyak pengalaman dalam mengelolanya. Faktor keluarga mau pun lingkungan memberikan cukup banyak pengaruh.  Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang sudah terbiasa mengelola keuangan dengan baik, berpeluang untuk bisa engelola keuangannya dengan baik dari sejak belia. Orang yang terbiasa mengelola keuangan, akan lebih mudah untuk  menentukan skala prioritas  dalam menggunakan uangnya. Mereka pun jadi lebih mudah dalam membuat perencanaan keuangannya.


Sepertinya, itulah masalah utama kekurangsuksesan pengelolaan keuangan pada umumnya. Ini adalah berdasarkan pengamatan Saya secara pribadi ya. Tanpa dalil ilmu ekonomi tertentu, karena Saya memang bukan berlatar pendidikan ekonomi.

Masih berdasarkan pengamatan, pengalaman dan sedikit bekal ilmu yang sempat Saya tau dari berbagai sumber, maka setidaknya, hendaknya kita bisa membuat perencanaan dan mengatur keuangan dengan menggunakan pos-pos tertentu. Pos-pos ini diperlukan, agar kita lebih bisa teratur. Berikut beberapa pos yang perlu ada, yang bisa dimulai dari diri sendiri :


  1. Pos pengeluaran rutin

Termasuk di dalamnya (menjadi sub-pos) : biaya sekolah anak, cicilan hutang, biaya belanja rutin rumah tangga (belanja bulanan, listrik, PAM, internet, dan sebagainya), dan seterusnya.


  1. Pos ibadah 

Terdiri atas sub-pos : Zakat, infaq, shodaqoh, untuk Kurban, untuk Haji dan Umroh, dan seterusnya. Untuk agama lain, menyesuaikan.


  1. Pos Liburan, travelling

Digunakan untuk persiapan liburan, travelling, refreshing. Jika dalam satu tahun belum mencukupi, bisa digabung dengan tabungan tahun selanjutnya.


  1. Pos Tabungan dan cadangan emergency

Dapat dibagi menjadi sub-pos : tabungan (bisa digunakan untuk kepentingan masa depan), dan sub pos emergency (untuk keperluan mendadak atau urgen lainnya).


  1. Pos Investasi

Meski tidak wajib, namun usahakan untuk memiliki pos ini. Hal ini adalah karena pos ini bersifat jangka panjang.


Demikianlah kira-kira pembagian pos-pos keuangan dalam skala kecil. Untuk suatu perusahaan, sepertinya akan diperlukan pembagian yang lebih kompleks lagi. Namun, betapa pun hebatnya teori penataan keuangan ini, betapa pun canggihnya sistem yang digunakan, tetaplah dibutuhkan komitmen dari yang bersangkutan. Tanpa adanya komitmen yang kuat dalam pelaksanaannya, perencanaan tersebut akan percuma adanya. Niatkan dari awal, semua ini adalah demi kebaikan. Niatkan ini sebagai ibadah. In syaa Allah akan dimudahkan-Nya, dan akan bernilai ibadah jua di mata-Nya.


Satu hal yang perlu diingat adalah, jika tiba waktunya kelak, kita akan ditanyakan tentang harta yang ada pada kita. Dari mana harta tersebut diperoleh, serta bagaimana harta tersebut dipergunakan. Pertanggungjawaban atas titipan-Nya terhadap kita di dunia ini. Semoga kita bisa menggunakan dan mengelolanya dengan sebaik-baiknya.




====================


Bandung & Bekasi
19.31 WIB









No comments:

Post a Comment