Sunday, December 13, 2020

MY ORIENTAL BOY

 


Tengah malam menjelang. Lampu kamar belum lagi dipadamkan. Terdengar desis halus yang keluar dari mulut yang sedikit terbuka di sebelahku. Matanya mengatup rapat, menunjukan betapa lelapnya ia tertidur. Posisi telentang, kaki setengah terbuka. Sementara tangan tergeletak bebas di sampingnya. 


Beberapa hari yang lalu, secara berturut-turut, dalam 3 hari yang terik, ia puaskan diri bermain di luar bersama teman-temannya. Pandemi membuatnya harus berkurung di dalam rumah selama sekian bulan. Kulit badannya yang kemarin sudah mulai bersih, terang, kini mulai kusam lagi. Padahal kalau kulitnya cerah, bersih, ia lebih mirip seorang Chinese, karena kebetulan matanya juga agak sipit, sebagaimana ayahnya. 


Dan malam ini, seperti malam-malam sebelumnya, ia tidur di dekatku. Lelapnya dengan desis halus dari mulutnya, menjadi indikator bahwa ia cukup lelah hari ini. Satu hal yang menjadi ciri khasnya adalah, jika sudah merasakan kantuk, maka tak lama ia akan segera terlelap, tanpa banyak gerakan untuk mencari posisi nyaman. Begitu lelap. 


Kuamati wajah polos itu. Ya, dia yang bertubuh gempal, namun senantiasa bergerak aktif. Lelaki kecilku yang membuat banyak orang begitu gemas melihat fisiknya yang bohay, sehat. Matanya yang sempit namun panjang, membuatnya lebih mirip seorang oriental, sebagaimana ayahnya. Lelaki yang bisa bertutur halus, bahkan lebih lembut dari seorang perempuan. Namun juga lelaki yang bisa begitu "garang" Saat dirinya terusik. 


Dalam keletihan yang mungkin terasa karena aktifitas seharian, walau kusam masih ada d wajahnya, nampak kejernihan di muka kanak-kanaknya. Entah mengapa, ada haru yang begitu saja hadir tiba-tiba. Dan entah karena apa pula, seolah dirinya menarik ku untuk memberinya kecupan lembut. Tangan pun tergerak untuk membelainya perlahan. 


Kuusap dengan sayang kepalanya yang hanya berambut setinggi 1 cm, karena baru kemarin ia pergi ke tukang cukur. "Tebal rambutnya" kata si pencukur saat memegang rambutnya, kepada Pak Suami yang menemaninya bercukur. Ya begitulah. Rambutnya yang ikal memang lumayan tebal. Padahal dulu saat masih batita, rambutnya tipis. Setelah beberapa kali dicukur, perlahan rambutnya tumbuh semakin tebal. 


Tanganku terus membelainya, saat kubisikan do'a-do'a terindah untuknya. Kuusap kepala dan tubuhnya, dengan do'a-do'a yang terbaik. Pengharapan agar Yang Maha Kuasa menjadikannya insan yang sholeh, insan yang cerdas, insan yang disayangi kawan, disegani lawan. Permohonan agar Allah memperkenankannya menjadi seorang hafidz, yang kelak akan memberikan mahkota kepada orang tuanya. 

Semoga Allah melindunginya dari berbuat zolim atau pun menjadi korban kezoliman makhluqNya. Bahagialah ia, dunia akhiratnya. 


Bisa jadi Fatir, sang lelaki kecilku ini tak mendengarnya. Namun sesungguhnya, ada yang senantiasa mendengar dan melihat. DIA lah Sangat Khaliq, ALLAH SWT. Dia pula yang akan mengabulkannya di waktu yang pas. In syaa Allah, aku yakin itu. Sebagaimana in syaa Allah aku yakin do'a-do'aku terhadap 3 anakku yang lainnya jg akan di'ijabahNYA. In syaa Allah, Aamiin.. !! 


Masih kuusap tubuhnya, hingga ke kakinya. Tidurnya pun tak terganggu. Benar-benar lelap ia. Fatir hampir selalu tidak mau jika harus tidur berselimut, seperti saat ini. Celana yang dihuanakannya pun pendek saja. 


Sesaat setelah membalikan badan (tanpa membuka matanya) dan memeluk gulingnya dengan membelakangiku, aku pun akhirnya ikut terlelap di sampingnya. Malam itu pun kami lalui bersama, dalam indahnya lindunganNya. 


Jakarta, 8 Desember 2020

Bis jemputan Bekasi Timur : pergi dan pulang

Saturday, November 28, 2020

Mendongeng di era digital

Ilustrasi

Barangkali banyak yang tidak mengetahui bahwa 28 November adalah hari dongeng nasional.  Sejak 2015, tanggal 28 November ditetapkan sebagai hari dongeng nasional. Tanggal ini bertepatan dengan harlah Drs. Suryadi, sang pemeran  tokoh Pak Raden dalam film boneka “Si Unyil”. Drs. Suryadi dikenal sebagai tokoh dongeng legendaris di Indonesia. Beliau memang mencintai dunia anak-anak. Karena itulah, tanggal lahirnya ditetapkan sebagai Hari Dongeng Nasional. Drs. Suryadi sendiri telah meninggal sebulan sebelum ditetapkannya Hari Dongeng Nasional.  Beliau mangkat pada tanggal 30 Oktober 2015, dalam usia 82 tahun.

Saat ini, dunia memang sudah banyak berubah. Setidaknya dalam beberapa tahun belakangan ini. Serangan masiv teknologi, telah banyak menggeser berbagai aktifitas manual yang biasa dilakukan secara langsung oleh manusia. Peran humanis banyak digantikan oleh teknologi, yang  memang  dibuat oleh manusia sendiri.

Orang bijak ada berkata bahwa jika menanam padi, pasti akan ada saja gulma yang tumbuh. Ada saja parasitnya. Begitu pula dengan teknologi digital. Interaksi manusia yang sejatinya terjadi secara langsung, berhubungan langsung, kini banyak diwakili atau diperantarai oleh teknologi digital. Sisi positifnya, bisa berkomunikasi secara tatap muka walau berjauhan. Sisi negatifnya ? Kesempatan dan keinginan bertemu fisik secara langsung bisa jadi berkurang.

Orang tua sibuk dengan gawainya. Anak-anak pun asik sendiri dengan permainan atau pun berbagai hal online lainnya. Tertawa, teriak,tersenyum, histeris, marah, menangis, sendiri, di hadapan layar masing-masing.  Berdekatan, namun terasa jauh.   Serumah, namun terasa asing. Banyak sentuhan  dan interaksi  sosial yang tergerus.  

Mendongeng, bisa jadi adalah hal yang telah dianggap “kuno” bagi sebagian orang tua. Mereka lebih terbiasa memberikan tayangan film atau pun rekaman cerita yang bersumber dari saluran online, atau bahkan meberikan bulat-bulat gawai kepada anak-anaknya. Dibiarkannya mereka memilih dan mencari informasi sendiri dari dunia maya yang begitu luas itu.

Bagi sebagian anak-anakpun, bisa jadi  mengikuti dongeng adalah hal yang kurang popular di kalangannya saat ini.  Tapi bisa jadi pula ini adalah karena mereka kurang dikenalkan atau kurang diakrabkan dengan aktifitas tersebut. Karena pada umumnya, jika sudah masuk atau mengikuti suatu dongeng, anak-anak cenderung akan tertarik.

Ya, mendongeng sebenarnya adalah sebuah kegiatan rekreasi yang menarik, murah, meriah, dan kaya manfaat, terutama untuk anak-anak. Banyak sekali kajian yang telah membahasnya.Yang dimaksud di sini adalah mendongeng dalam arti sebenarnya. Pendongeng dan anak yang mendengarkan berada di satu tempat yang sama. Selain di rumah, dengan orang tua sebagai pendongengnya, banyak pula relawan yang melakukan aktifitas mendongeng ini di tempat public, untuk menghibur anak-anak. Taman-taman bacaan, perpustakaan, dan sebagainya, juga menyelenggarakannya.

Salah satu tujuan utama dari kegiatan mendongeng adalah untuk mempererat, menciptakan bonding (ikatan) yang kuat antara ibu atau ayah dengan putra putrinya. Biasanya saat Ibu atau Ayah bercerita, mendongeng, anak-anak akan mendekat, mendengarkan dengan seksama.  Bahkan ada yang sampai gelendotan (bergelayut manja)dengan orang tuanya.  Hal inilah yang tidak bisa digantikan oleh media online.

Mendongeng mengajarkan banyak hal pada anak-anak. Mereka mendengarkan berbagai warna dan intonasi suara. Mengenalkan pada mereka berbagai ekspresi emosi. Anak-anak diperkenalkan juga pada banyak kosa kata melalui tuturan pendongeng.  Hal ini akan membantu anak-anak dalam berbahasa atau pun berkomunikasi nantinya. Sekali pun saat ini mereka belum bisa membaca, namun mereka sudah memiliki perbendaharaan kata yang lebih banyak. Hal ini pun berpeluang untuk  mendorong minat baca anak-anak.

Mendongeng merupakan suatu kegiatan literasi, yang dapat memperkaya imajinasi mereka.  Dunia anak memang tak lepas dari imajinasi. Imajinasi dapat mendorong kreatifitas. Anak-anak akan terpacu untuk mengikuti atau berbuat seperti apa yang diterimanya dari dongeng tersebut.

Di samping itu semua, masih banyak lagi manfaat yang bisa diperoleh melalui kegiatan mendongeng ini, bagi si kecil. Diantaranya :

Satu, melatih konsentrasi dan ketajaman memori. Untuk dapat mengikuti dongeng dengan baik, dibutuhkan konsentrasi yang tinggi, sehingga mereka bisa mengingat berbagai karakter yang ada dalam cerita tersebut.

Dua, mendongeng dapat menjadi media untuk menyampaikan berbagai pesan moral. Anak-anak merupakan peniru yang baik. Apa yang dilihatnya akan lebih berkesan dan mudah diikutinya dari pada pesan yang hanya disampaikan dalam bentuk “ceramah” . Orang tua atau pendongeng dapat menyampaikankannya berdasarkan buku cerita, atau pun cerita yang dibuatnya sendiri.

Tiga, mendongeng memberikan wawasan baru bagi anak-anak. Termasuk di dalamnya pengetahuan tentang berbagai budaya dan tradisi lainnya. Sekaligus mereka dikenalkan dengan  bagaimana mensikapi perbedaan adat, budaya, tradisi dan berbagai kebiasaan lainnya yang ada di masyarakat.

Empat, dan ini termasuk yang terpenting juga, mendongeng dapat melatih dan mempertajam kecerdasan emosi serta sosialnya. Kecerdasan emosi amatlah diperlukan karena bisa  mempengaruhi  resistensi seseorang dalam menghadapi berbagai tantangan hidup nantinya

Itulah beberapa manfaat dari mendongeng ini. Bagi yang belum pernah melakukannya terhadap si kecil, ada baiknya, segeralah memulainya. Dekap mereka, sambil  didongengkan berbagai kisah inspiratif untuk mereka. Bagi yang sudah memulainya, bersyukurlah. Tetaplah istiqomah melakukannya.  In syaa Allah manfaatnya  nanti akan segera  nampak. Wallahu’alam.

 

 

Sunday, October 18, 2020

Hipotesa Sang "Dokter" di Ruang Konservasi...



"Apa yang saat ini dirasa Bu ? Keluhannya apa saja ?".. "Mari coba kita cek yaa... ".... "Ooo.. ga apa-apa..ini hanya flue biasa.."... atau.. "ooh, ini ada gangguan pada lambung Bapak..." dan seterusnya, dan sebagainya..

Begitulah kira-kira yang disampaikan seorang Dokter, ketika ada pasien yang mengunjunginya untuk berobat.

"Ada alergi obat, Bu ?"... ... "Ada riwayat operasi, Pak ?"... "Ada riwayat hipertensi Mba ?' dan sejenisnya..

Hal ini hampir sama dengan yang terjadi di ruang konservasi kertas... Lho, kok bisa ?? Maksudnya bagaimana ?

Jadi begini...Bahan perpustakaan dari tempat koleksi layanan, setelah melewati sortir, dan berdasarkan skala prioritas dari pustakawan di layanan, akan dibawa ke ruang workshop konservasi untuk dilakukan treatment perawatan, dan perbaikan fisiknya. Koleksi BP inilah sebagai pasiennya. Pustakawan di konservasi sebagai dokternya.

"Pasien" tersebut akan diamati dan didata keluhan serta penyakitnya. Ada form"survey kondisi" namanya. Form berisi data-data fisik, termasuk jumlah halaman, tingkat keasaman (pH), luntur / tidaknya bahan perpustakaan tersebut, serta data berbagai kerusakan koleksi tersebut.


Dari data yang diperoleh, analisa akan dilakukan. Hipotesa siap dikeluarkan. Bermodalkan data tersebut, maka "dokter" di workshop konservasi akan mengusulkan treatment yang akan dilakukan terhadap bahan pustaka tadi.

Mengapa namanya "usulan" perbaikan ? Karena pada saat proses konservasi berlangsung, bukan tidak mungkin akan terjadi situasi yang berbeda dari analisa awal. Bisa saja usulan perlakuannya ada 5 langkah, tapi pada akhirnya ketika proses berjalan, treatment hanya 3 (tiga) yang dipergunakan.

Di sini terdapat lagi kemiripan pustakawan di ruang konservasi dengan dokter sebenarnya. Bisa saja di awal dokter mengusulkan obat A terhadap penyakit si X. Tapi dalam perjalanannya, bisa saja si X tidak cocok terhadap obat A. Dengan demikian, ada prosedur yang berubah, menyesuaikan kondisi dan kebutuhan si pasien (si X).

Jadi bgitu kurang lebih penjelasan tentang kata-kata "usulan" pada form survey kondisi tersebut.

Survey kondisi sendiri dilakukan terhadap koleksi/bahan pustaka yang masuk ke ruang konservasi. Termasuk di dalamnya diminta untuk mebuat foto dokumentasi before dan after treatment. Sehingga bisa diketahui perubahan koleksi tersebut sebelum dan sesudah dilakukan konservasi. 

Fungsi lainnya dari foto dokumentasi tersebut adalah sebagai antisipasi jika terjadi hal-hal yang di luar prediksi pustakawan konservasi. Apalagi jika bahan pustaka yang datang sudah dalam keadaan yang terputus-putus, mirip puzzle. Foto di awal bisa jadi alat bantu atau acuan untuk penyusunan "puzzle" tersebut dalam proses konservasinya.

Setelah semua tahapan konservasi bahan pustaka dilakukan, tibalah saatnya koleksi tersebut "diperiksa" kembali, sebelum dikembalikan ke layanan. Inilah yang merupakan survey pasca konservasi. Di form pasca ini (biasanya berada di halaman belakang dari form survey pra konservasi) akan didata kondisi akhir koleksi : pH (tingkat keasaman), bentuknya, jilidannya, dan sebagainya. Foto pasca konservasi juga diminta untuk disertakan. 


Bagi koordinator kegiatan konservasi tersebut ada tugas tambahan lagi. Koordinator akan mengecek kualitas (Quality Control) dari output konservasi tersebut. Jika kondisi sudah sesuai yang diharapkan, maka koleksi dapat dikembalikan ke unit layanan bahan pustaka. Namun jika kondisi jauh dari yang diharapkan, maka koordinator akan meminta pustakawan konservasi yang mengerjakan sebelumnya, untuk memperbaiki/mengulang perlakuan konservasinya.

Di sinilah dibutuhkan ketelatenan, kesabaran, keuletan dari seorang pustakawan 'dokter' konservasi. Harus sabar menghadapi koleksi yang terkadang sudah sangat rapuh, sehingga menanganinya mesti sangat hati-hati, sebagaimana merawat orang tua yang sudah sangat renta. Harus telaten dalam proses "pengobatan" perbaikannya. Dan juga "Ulet" ! Karena bukan tidak mungkin, bahan pustaka yang dihadapi memiliki tingkat kesulitan penanganan yang cukup tinggi. Terkadang begitu memacu adrenalin, memainkan emosi. Jika tidak ulet, maka tidak mustahil pustakawan konservasi akan menyerah di tengah jalan.

cek di sini untuk cerita konservasi lainnya..

Namun sebagaimana profesi dokter yang sesungguhnya, seorang pustakawan konservasi juga adalah manusia. Memiliki rasa, emosi, nafsu. Tak jarang terjadi kesalahan, gangguan, atau kegagalan di tengah jalan proses perbaikannya. Dan bisa jadi itu adalah di luar bayangan, di luar ekspektasi sang pustakawan. Setelah usaha maksimal yang dilakukan, terkadang ada saja terjadi, di luar perkiraan. Adanya bahan pustaka yang berdasarkan uji atau berdasarkan pengalaman sebelum-sebelumnya tidak luntur, ternyata mengalami kelunturan. Ada juga bahan pustaka yang nampak masih kuat, ternyata saat dilakukan proses konservasi jadi koleksi yang begitu rapuh. Inilah yang kadang membuat pustakawan konservasi terkaget-kaget, kecewa, bahkan sedih. Apalagi jika kemudian hal tersebut jadi bahan cercaan atau cemoohan terhadapnya. Seolah hilang wujud usahanya yang telah semaksimal mungkin pada koleksi tersebut. Ibarat "akibat nila setitik, rusak susu sebelanga."



Yaa... pustakawan konservasi juga manusia. Bisa saja gagal. Sebagaimana profesi dokter yang sebenarnya.  Usaha dilakukan semaksimal mungkin. Namun keputusan akhir tentang hasilnya, tetaplah DIA yang menentukan. Jadi, mungkin kita bisa coba mulai berempati terhadap pustakawan konservasi tersebut.

Mau tau lebih banyak tentang preservasii bahan pustaka ? Silakan berkunjung ke sini...

Wallahu'alam


=======================

Kamar tengah, saat WFH



Sunday, October 4, 2020

Apa saja yang masuk ke ruangan Konservasi bahan pustaka ?





Konservasi bahan pustaka (sekarang : konservasi bahan perpustakaan) menjadi bagian dari Preservasi  Bahan Perpustakaan. Tujuan utama dari konservasi bahan perpustakaan ini adalah untuk melestarikan bentuk fisik dari bahan perpustakaan, agar tetap dapat dipergunakan oleh generasi yang akan datang. Ini artinya, konservasi bahan perpustakaan berupaya untuk memperpanjang usia da    ri bahan pustaka tersebut.

Bidang konservasi tidak berwenang untuk memperbaiki kandungan isi (konten) dari bahan pustaka tersebut. Jadi yang diperbaiki benar-benar hanyalah bentuk fisik alias tampilan luarnya saja.

Konservasi bisa dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu : 

a. Konservasi preventif

Yaitu tindakan preventif atau pencegahan terhadap kerusakan bahan perpustakaan. Termasuk di dalamnya adalah antara lain : pembuatan sirkulasi udara yang baik, filter terhadap cahaya UV, desain ruang koleksi sesuai standar, pembersihan debu, 

b. Konservasi kuratif

Yaitu tindakan perbaikan terhadap berbagai kerusakan bahan perpustakaan. Termasuk di dalamnya adalah tindakan/treatment : bleaching, deasidifikasi, lining, laminasi, enkapsulasi, mending, dan sebagainya.


Untuk koleksi bahan perpustakaan sendiri, setidaknya bisa dibagi menjadi 2(dua) kelompok besar berdasarkan jenisnya, yaitu :

1. Koleksi Bahan Perpustakaan Karya Cetak

Umumnya berbahan dasar kertas. Tetapi ada beberapa juga yang non kertas. Termasuk di dalamnya :adalah : peta, gambar, buku, majalah, koran, naskah, dan sebagainya. Sedangkan karya cetak non kertas misalnya : naskah lontar, naskah pada batang bambu, kayu atau pun tulang, dan sebagainya.



2. Koleksi Bahan Perpustakaan  Karya Rekam 

Misalnya : CD, VCD, DVD, betamax, disket, mikrofilm, mikrofis, dan sebagainya.



Khusus untuk bidang konservasi bahan perpustakaan di Perpustakaan Nasional RI, untuk saat ini yang ditangani barulah karya cetak.

Untuk bahan perpustakaan karya cetak, yang masuk ke ruang konservasi bahan perpustakaan  adalah koleksi yang telah memenuhi skala prioritas, dan dipilihkan oleh staf di bagian layanan koleksi. 

Dasar pertimbangan koleksi tersebut dikirim antara lain :

a.  langka / kuno

 Langka artinya di luar sudah tidak ada lagi salinannya yang beredar atau sudah sulit dicari          salinannya. Kuno artinya  sudah berusia setidaknya sudah 50 (lima puluh) tahun.

b. banyak dibutuhkan / dicari oleh pemustaka

 Artinya koleksi tersebut bernilai, atau mengandung isi yang berharga

c. kondisi fisik bahan perpustakaan tersebut (rapuh, rusak, dan sebagainya)



Bahan perpustakaan yang telah disortir atau dipilih tersebut selanjutnya akan dibawa ke ruang konservasi, untuk diperbaiki sesuai dengan kondisi kerusakannya.

Untuk di Perpustakaan Nasional RI, yang rutin diperbaiki (masing-masing sesuai skala prioritas) setiap tahunnya adalah : Buku langka, majalah langka, koran langka, peta, gambar, naskah kuno (kertas atau pun lontar), 

Terhadap bahan perpustakaan yang masuk ke ruang konservasi akan diberikan treatment atau pun tindakan kuratif (perbaikan) sesuai kebutuhannya.

Friday, October 2, 2020

Karena"nya"...

Source : pinterest.com

Perempuan itu sederhana. Tak terlalu cantik. Tapi di atas rata-rata. Kalo dulu, 1 tahun yg lalu, aku bisa saja mendapatkan 1-3 perempuan yang lebih cantik darinya untuk kupacari. Tapi yang ini berbeda. 

Wajahnya yang bersih, teduh, dengan pakaiannya yang berbeda, membuatku terikat. Rok yang digunakannya sebenarnya sama dengan teman perempuan lainnya. Namun, di bawah rok di sambungnya dengan kaos kaki panjang, hingga menutupi semua kakinya. Kepalanya pun ditutup dengan kain polos, terjurai hingga ujung belakangnya melewati batas pinggangnya. 


Tak banyak aku berinteraksi dengannya. Aku lebih memilih memperhatikannya dalam diam. Sungguh, kesantunan sikap dan tutur katanya, serta apa yang menutupi hampir seluruh bagian tubuhnya, itulah yang membuatku begitu memperhatikannya. Aku yang dulu begitu mudah untuk mendapatkan perempuan untuk dipacari, bahkan hingga ada diantara mereka yang langsung datang kepadaku menyatakan perasaannya.. Kini seolah tak berdaya, tak memiliki cukup keberanian untuk menyatakan apa yang aku rasakan kepadanya. Jangankan untuk "menembak", untuk sekedar berbicara agak panjang saja dengannya, seakan aku tak sanggup! 


Aku merasa tak pantas bersamanya, karena masa laluku yang cukup kelam. Namun, aku juga tak sanggup membohongi hati. 


Tanpa dikomando, aku terhipnotis, sedikit demi sedikit merubah diri. Kumulai lebih intens belajar tentang agama, yang telah kuanut sedari lahir : Islam! 


Kuberharap, dengan kenaikan kebaikan agamaku, aku lebih mudah untuk mendekatinya. Ada rasa percaya diri yang akan muncul. 


Waktu berjalan. Aku terus belajar lebih baik. Namun rasa itu terus ada, dan bahkan semakin kuat. Tak sanggup lagi kumenahannya.. Kuingin dia tau! Namun, untuk berbicara langsung, aku belum bisa! Aku tak kuasa! 


Sudahlah.. Kukuat-kuatkan. Akhirnya, mading (majalah dinding) tempatku menuliskan asa dan rasaku, tanpa menyebut namanya. Aku tak sanggup! 


Tapiii.. Aku tak paham, apakah dia telah membaca isi mading tersebut. Kalau pun paham, sepertinya dia berusaha bersikap se-biasa mungkin. Aaahhh…  inilah yang membuatku tak tahan, membuatku semakin tergila-gila dengannya. Dia begitu dewasa! 


Energiku terkuras.. Aku begitu mengharapnya, tanpa berani berkata langsung. Dia pun nyaris tak bergeming. Lalu, apa yang bisa kuperbuat? 


Aku tak sanggup begini!! Dan aku pun berlari.. Berlari sekuatnya.. Aku, letih! 


Aku berlari terus.. Hingga ke ujungnya, aku menumpahkan segalanya kepada-Nya! Aku menangis! Aku tergugu! Aku… lelah! Aku.. Ahhh.. Ntahlah!! 


Aku mengadu kepada-Nya. Mengeluarkan semua apa yang kurasa, semua yang kufikir, semua yang kuduga.. Biar.. Biarlah, Dia yang membimbingku.. !! (Sesuatu yg mungkin nyaris tak pernah aku lakukan!) 


Aku diam.. Namun air di mata mengalir.. Tepekur! 


Akhirnya.. Perlahan, dari lapis terdalam hatiku, muncul cahaya itu.. Aku.. Telah keliru! Aku telah salah! Yaa.. Aku salah! 


Aku yang telah berubah ke arah yang lebih baik, aku yang telah berubah lebih religius, ternyata melakukannya karena ingin mendapatkan simpatinya, karena ingin mendapatkan kagumnya.. Dan bukan karena-Nya!! Yaa..  karenanya! Aku, salah!! 


Aku tersungkur. Entah bagaimana sembabnya mataku.. Aku tak peduli.. !! Aku.. Salah! Akuu.. Mohon ampun, seampun2nya kepada-Nya.. !! 


Waktu berjalan. Aku, tak lagi ingin berubah karena perempuan itu. 


Namun, bayangan perempuan itu tak pernah bisa hilang dari fikiranku. Semakin kuat kumencoba menghalaunya, semakin dalam apa yg aku rasa terhadapnya. Tapi.. Aku tak ingin lagi seperti dulu.. Tidak! Aku sdh berazzam! 


Tapii.. Aku tak sanggup! Berat rasanya bagiku! 


Kuberlari lagi.. Berlari sekuatnya, hingga kutersungkur! 


Tak kuasa aku. Aku kembali kepadaNya. Melarikan diri kepada-Nya. Menumpahkan segala yang kurasa. Ya Rabb.. Ampuni aku. Aku sudah berazzam.. Tak ingin kutersesat dalam kubangan dosa. Yaa.. Walau aku memang memiliki asa terhadap perempuan itu..


Rabb.. Engkau yang Maha Mengetahui, Maha Berencana, Maha Kasih.. Malam ini, kutitipkan ia, wanita sholehah itu, kepada Engkau. Jagalah ia.. Hingga saatnya nanti,kumohon, pertemukanlah kami dalam kondisi yg terbaik menurut Engkau. Aku ingin mendampinginya, dalam kehidupan dunia dan akhiratnya. Tolong, jaga dia, untukku! Jadikanlah dia, perempuan terbaik bagiku.. 


Source : freepik


Robb…  ampuni Aku, jika Aku salah dalam bermohon. Namun itulah yg Aku rasa.. Dan kepada Engkau sajalah tempat terbaikku mengadu.. Ampuni hamba, ampuni hamba…  


Kabulkanlah permohonanku ini…  Aamiinnn.. !! 


Daaann…  Aku tertunduk sangat dalam, melepas apa yang kurasa, Tanpa peduli lg airmata yg begitu deras keluar, membasahi sejadah dan sarungku.. Aku tergugu.. Dan, mataku kembali bengkak.. 


Malam yang sunyi pun menjadi saksinya.. Saksi bahwa Aku telah menitipkan wanita itu kepada-Nya.. Saksi bahwa Aku berharap, agar dia menjadi yang terbaik bagiku.. 


Dan suatu saat nanti, atas kehendak dan ridho-Nya, aku akan datang untuk menghalalkannya bagiku.. Semoga! 


Tapiiii… jika kelak yang terjadi adalah yang sebaliknya, meski saat ini rasanya berat, kuharap, Allah bisa menenangkan diri ini.. Menghadirkan diri ini dalam taman keikhlasan.. Dan aku dapat menjalaninya dengan senyum, serta kepala tegak.. Dengan tetap berhusnuzon kepada-Nya.. 

Semoga ya Allah…  





==========================


#Fastwriting
19 Sept 2019

Based on true story*****

Sunday, September 27, 2020

SELAMATKAN DOKUMEN NEGERI DENGAN DEASIDIFIKASI


Salah satu penyebab utama bagi kerusakan bahan perpustakaan adalah 'asam'. Kondisi  asam ini secara sepintas bisa dikenali melalui aromanya yang khas. Secara visual, bahan perpustakaan (terutama yang berbahan kertas) yang asam cenderung berwarna kuning kecoklatan. 

Asam bisa menurunkan kondisi atau kualitas fisik kertas. Selain berwarna kuning kecoklatan tadi,  jika terus dibiarkan, maka kertas akan menjadi rapuh. Dan jika ini berlanjut, maka kertas tersebut bisa hancur, dan informasi di dalamnya pun bisa ikut lenyap.

Pada koleksi tertentu, terutama pada koleksi naskah kuno yang ditulis dengan menggunakan tinta yang mengandung ion Fe (ion besi), asam bersama dengan oksigen akan memicu terjadinya semacam perkaratan pada tulisan di naskah kuno tersebut. Kondisi inilah yang dikenal dengan istilah 'korosi tinta atau ink corrotion'. Naskah yang mengalami korosi tinta mungkin saja menjadi berlubang-lubang. Tinta yang 'berkarat' tersebut akan menggerus kertas, dan jika dibiarkan, kertas akan menjadi berlubang, mengikuti bentuk tulisan yang menggunakan tinta tersebut.

Selain mendegradasi kertas, asam pun bisa bermigrasi, bisa menularkan kondisinya ke 'tetangga sekitarnya', terutama yang langsung menempel kepadanya. Itulah mengapa, sebisa mungkin, koleksi bahan perpustakaan yang kondisinya bagus, jangan diletakan bersebelahan langsung dengan bahan perpustakaan yang asam. Ini untuk menghindari 'penularan' asam tersebut.

Pertanyaannya adalah, apakah kondisi asam tersebut dapat diperbaiki, agar tidak jadi semakin parah ? Atau setidaknya dihambat peningkatan kadar asamnya ? Jawabnya, BISA !

Adalah  suatu proses kimiawi yang bernama 'deasidifikasi'. Proses ini menghilangkan atau setidaknya mengurangi kadar asam yang terdapat pada bahan perpustakaan. 

Setidaknya ada 3 (tiga) jenis deasidifikasi. Namun yang akan dibahas kali ini hanya 2 (dua) jenis, yaitu :

1. Deasidifikasi Kering

Tindakan deasidifikasi kering biasa dilakukan terhadap koleksi bahan perpustakaan yang tidak bisa diperlakukan dengan menggunakan banyak bahan air. Biasanya adalah untuk koleksi yang mudah luntur dalam air. Contohnya adalah : naskah kuno yang ditulis tangan. Apalagi yang di dalamnya ada tulisan atau pun gambar yang menggunakan tinta warna merah. Warna merah memiliki ikatan kimia yang cukup lemah di antara warna-warna lainnya.Itulah mengapa warna merah mudah luntur bila terkena air. 

Selain naskah, gambar, atau peta pun bisa rawan kelunturan. Terutama yang ditulis tangan, terlebih yang ada warna merah atau turunannya di dalamnya.

Untuk mengetahui luntur atau tidaknya suatu bahan perpustakaan, maka sebelum perlakuan atau tindakan, akan dilakukan uji luntur terlebih dahulu. Bisa dengan menggunakan kapas yang dibasahi air, dan ditotolkan sedikit pada bagian naskah yang agak tersembunyi, dan ada tulisannya. Jika luntur, maka pada kapas tersebut akan nampak noda warna tibta tersebut. Dan jika tidak ada, berarti bahan perpustakaan tersebut kemungkinan besar tidak luntur.

Bagi bahan perpustakaan yang luntur dengan air tadi, maka bisa digunakan deasidifikasi kering. Pada deasidifikasi ini, pelarutnya (methanol) mudah menguap. Jadi tulisan lebih kecil kemungkinannya akan mengembang, 

Proses deasidifikasi jenis ini menggunakan bahan kimia : Barium Hidroksida dengan pelarutnya adalah Methanol. Konsentrasi yang biasa digunakan adalah 2% (berat/volume). Artinya, 2 gram serbuk Barium Hidroksida dimasukan ke dalam methanol, sehingga volume totalnya adalah 1 (satu) liter.

 


 Proses penyemprotan pada deasidifikasi kering

Perlakuannya adalah dengan menyemprotkan bahan kimia tersebut menggunakan sprayer yang mengeluarkan bulir-bulir yang halus, di ruang khusus, yang jauh dari interaksi dengan manusia lainnya, serta bersirkulasi udara yang baik. Bisa digunakan fumehood (lemari asam), yaitu tempat seperti lemari, yang memiliki exhaust di dalamnya, bisa ditutup, dan berkaca. Fumehood dikhususkan untuk melakukan tindakan kimia yang menggunakan bahan berbahaya seperti methanol tadi. Petugas yang melakukannya pun haruslah menggunakan masker dan bersarung tangan, untuk meminimalisir interaksi dengan bahan kimia. Koleksi yang sudah dibersihkan debu atau kotorannya dengan kuas atau vacuum cleaner disemprot lembar demi lembar, merata ke semua permukaannya. Setelah itu dikering anginkan. Harap diingat bahwa menyemprot adalah searah angin. Jangan sampai saat menyemprot, angin malah mengarah ke petugas, karena malah akan menyemprot petugas itu sendiri.

Setelah beberapa jam, koleksi akan kering. Siap untuk melanjutkan tahap konservasi atau preservasi selanjutnya.

 

2. Deasidifikasi Basah

Deasidifikasi ini dapat dilakukan terhadap bahan perpustakaan yang tidak luntur dengan air. Biasanya adalah bahan perpustakaan yang merupakan hasil cetakan mesin, seperti majalah, koran, buku, dan sebagainya.

Bahan yang dipergunakan adalah larutan Magnesium karbonat 2%. Serbuk Magnesium hidroksida seberat 2 gram akan dilarutkan dalam air hingga volume total 1 liter. Setelah disatukan, larutan akan dialiri gas karbondioksida selama kurang lebih 1 (satu) jam.

Koleksi akan direndam dalam larutan tersebut selama 1-2 jam. Setelah itu koleksi akan dikeringanginkan pada rak pengering. Tidak dengan penyinaran sinar matahari langsung, karena sinar UV pada matahari bisa merusak  bahan perpustakaan. Pengerjaan tetap lembar demi lembar. Artinya, jika itu adalah buku atau majalah, maka bahan perpustakaan tersebut akan dibongkar terlebih dahulu jilidannya, setelah diberi penomoran urut halamannya (paginasi). Dan setelah semua rangkaian konservasi selesai, maka bahan perpustakaan tersebut akan dijilid kembali.

 

Proses perendaman pada deasidifikasi basah (aquaeous deacidification)


Setelah melewati proses deasidifikasi tersebut, diharapkan nilai pH, yang menunjukan kadar keasaman, akan meningkat dari pH sebelumnya. Seperti diketahui,bahwa semakin kecil nilai pH, maka semakin tinggi kadar asamnya. Jadi semakin besar nilai pH, berarti kadar asam semakin rendah pH 1-6 itu artinya asam. pH 7 adalah netral.dan pH di atas 7adalah basa.

Dengan meningkatnya nilai pH, maka ini berarti kandungan asam sudah terkurangi. Dan itu mencegah atau minimal menghambat degradasi kertas lebih lanjut, dengan catatan penyimpanannya sesuai standar penyimpanan koleksi yang benar. Lebih jauh lagi, penghambatan degradasi kertas karena kondisi asam tersebut, akan dapat memperpanjang usia koleksi tersebut. Ini artinya, masih akan banyak generasi yang dapat memanfaatkan koleksi tersebut. Deasidifikasi dilakukan untuk pelestarian dokumen penting negeri.



=================

Referensi :

Sudiarti, L., Nurjanjati, C., Ranti, S., Wardhani, W. K.. (2019). Metode deasidifikasi basah dengan larutan magnesium karbonat pada konservasi kuratif naskah kuno media kertas, Jakarta : Perpustakaan Nasional RI

 

 

  

Saturday, September 12, 2020

Manfaat Menulis, Ini Dia !

Source : google.com


Bisa membaca, sudah selayaknya bisa menulis. Karena keduanya biasanya akan saling berkorelasi, saling berhubungan. Setiap yang bisa membaca, hampir bisa dipastikan, dia juga bisa menulis. Hanya yang menjadi masalah, tidak semua orang yang bisa menulis itu, bisa dengan mudah merangkai kata menjadi kalimat yang memiliki makna. Menyusun kalimat menjadi suatu cerita atau bacaan yang yang mengalir dan menarik. Banyak yang justru galfok (gagal fokus) saat berhadapan dengan selembar kertas putih, maupun saat berada di depan monitor laptop atau komputer. "White paper ghost" begitu biasanya kondisi tersebut digambarkan.

Pada umumnya, kebiasaan menulis tentang apa yang dirasa, uneg-uneg, curcol, dan sebagainya, sebagaimana layaknya generasi lalu menuliskan diary, catatan harian, adalah sesuatu yang sudah biasa dilakukan. Untuk saat ini, menulis status di facebook, WA story, twitter, dan sebagainya, sebenarnya juga merupakan pembiasaan kegiatan menulis. Untuk tingkatan yang lebih serius, seperti menulis artikel, makalah, cerpen, novel, dan sebagainya, tinggal pengembangan dan pendalaman lebih lanjut. 'Asa bisa karena biasa' mungkin bisa dijadikan salah satu landasan. Dengan berlatih menulis secara terus menerus, maka tulisan yang dihasilkan pun In syaa Allah akan semakin baik kualitasnya.

Menulis, yang dimaksud adalah menulis rangkaian kalimat-kalimat yang penuh arti dan makna, sebenarnya memiliki banyak manfaat. Setidaknya, kita akan merasa sedikit lebih "lega" setelah menuliskan uneg-uneg di status FB, atau WA story. Betul, kan ?! Ganjalan hati yang terasa sedikit seolah terkurangi. Memang begitulah adanya. Menulis dapat menyalurkan emosi yang terasa. Membuat emosi sesudahnya menjadi lebih tenang. Itulah mengapa menulis bisa digunakan sebagai terapi pada orang-orang yang memiliki masalah kejiwaan, seperti pada orang depresi (penelitian Fitri Ayu Mustika, 2019). Salmiati dan kawan-kawan, 2020, juga telah menlakukan penelitian terhadap anak-anak korban bullying. Anak-anak tersebut dikurangi tingkat kecemasannya dengan terapi menulis.

Setidaknya, ada beberapa manfaat dari kegiatan menulis ini, sebagaimana yang diuraikan dalam buku "Menulis Populer" (Siti Ansoriyah dkk, 2018) seperti berikut ini :

  1. Menulis dapat mengukur potensi diri
  2. Menulis dapat mengembangkan berbagai gagasan
  3. Menulis memaksa seseorang untuk lebih banyak menyerap dan menguasai informasi
  4. Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematis
  5. Menulis dapat meninjau dan menilai gagasan secara objektif
  6. Menulis dapat memudahkan dalam memecahkan masalah
  7. Menulis dapat mendorong belajar secara efektif, dan
  8. Menulis akan membiasakan untuk berpikir secara tertib.
Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Begitulah Pramoedya Anantatoer menggambarkan. Wajar saja, karena tulisan tetap akan ada, meskipun sang penulisnya telah tiada. Dan tentu saja ini akan menjadi "passive income", karena jika tulisan tersebut bermanfaat, maka pahala akan terus mengalir, meskipun fisik sudah berkalang tanah. 

Jadi, mari menulis sesegera mungkin, dari hal yang paling dipahami atau disenangi.Tentang apa saja. Untuk mengikat ilmu. Agar ilmu tidak terbang begitu saja. Agar ilmu bisa lebih bermanfaat. Agar bisa menjadi investasi akhirat.

'Jika ingin mengenal dunia, maka membacalah. Namun jika ingin dikenal dunia, menulislah.'


================

Duren Jaya, 12092020
23.09 WIB


Tuesday, September 8, 2020

DO'A ORANG TUA






"Ya Begini.. Akibat ga ada do'a dari orang tua.."


Seorang pemuda mengeluarkan uneg-unegnya. Lirih. Pelan. Meski nyaris tanpa ekspresi di wajahnya, namun jelas nampak kekecewaannya terhadap orang tuanya. Baru saja diterimanya telpon dari ibunya, yang menanyakan hasil test interview job vacancy nya siang tadi. Dia menjawab apa adanya.. "Tidak lulus." Nada datar. Namun setelah telpon diitutup, ungkapan tadi keluar dari mulutnya.


Beberapa kali mungkin kita pernah mendengar ungkapan seperti itu dari seorang anak.


Tentu masih banyak anak-anak yang paham bahwa do'a orang tua memiliki pengaruh kuat terhadap keberhasilan dalam hidupnya. Karena itulah, sangat wajar mereka mengharapkan hal itu dari orang tuanya.


Hanya saja, sering kali, ada anak-anak yang tak bisa secara terang-terangan menyampaikan harapannya tersebut. Entah itu karena waktu, jarak, atau berbagai alasan lainnya. Bukan karena mereka tak hendak menyampaikannya secara langsung.


Sebagai orang tua, agaknya mungkin ini perlu menjadi catatan tersendiri. Tentu tak satu pun orang tua yang sehat lahir dan bathin, yang tak ingin anaknya sukses, berhasil. Sudah seharusnyalah, kita (terutama ibu) senantiasa mengiringi mereka dengan do'a-do'a terbaik, dimana pun, kapan pun. Wallahu 'alam.


"Kalau aku tak mendo'akan anak-anaku, akan jadi apa mereka ??" (quotes dari seorang Ibu yang anaknya adalah salah satu pendiri aplikasi 'ruang guru')


Aahhh..Anak-anak itu...
Ya, d-o-'a !!

#doaku #doauntukanakku #goodluck #kids #mychildren #doadarijauh #anakku #anak2 #sholeh #sholehah #cintaku #parenting


(Pernah dipublikasi di facebook pada 25 Agusutus 2018)

MINIATUR

 

Anak-anak sang penerus harapan (source : pinterest.com)



Anak bukanlah miniatur, replika, atau pun robotmu.

Karena mereka hidup di zaman yg berbeda dgmu.

Jangan memaksakan kehendakmu thp mereka. Karena mereka pun manusia yg memiliki cita2 n keinginan sendiri.


Jangan renggut kebahagiaannya dg memaksakan keinginanmu thp mereka. Mereka memiliki jalan hidupnya sendiri. Mereka yang jalani. Mereka yg rasakan. Mereka pula yang mengalami akibatnya.


Sebagai orang tua, tugas kita hanya mendidik, mengarahkan dan mendo'akan kebaikan bagi mereka. Agar mereka senantiasa berada d jalanNya n dalam lindunganNya. Agar jd sebaik2 makhluq, agar jadi calon penghuni syurgaNya. Doalah senjata yg paling mumpuni dr orang tua thp anak2nya.


Ridhoilah apa pun keputusan mereka, selama itu tetap dalam koridorNya. Berilah kelapangan hati thp mereka. Terutama bagi mereka yg sdh beranjak dewasa. In syaa Allah mereka sdh memiliki pertimbangan yg matang atas keputusan yg mereka ambil. Yakinkan itu. Apalagi ketika kita sdh yakin, bahwa sebagai orang tua tlah membekali mereka dg pondasi diri yg baik n kuat.


Ya, jangan paksa mereka. Jangan dikte mereka. Biarkan mereka memutuskan. Ridhoi mereka. Doakan kebaikan atas mereka. Biarkan mereka bahagia, tdk hanya di akhirat, tp jg d dunia. Itu.


Wallahu'alam bi showab.

====

Bumi Allah, 050918
Leni, Bunda of RHAN


(notes : kebebasan memutuskan lebih ditekankan kpd anak2 yg tlh memiliki kematangan dlm bersikap, sdh mulai dewasa).


#selftalk #muhasabah #selfreminder #asalnulis #mogamanfaat #introspeksi #curhat #uneg2 #kangennulis


(pernah dipublikasi di facebook pada 5 September 2018)