Sunday, October 18, 2020

Hipotesa Sang "Dokter" di Ruang Konservasi...



"Apa yang saat ini dirasa Bu ? Keluhannya apa saja ?".. "Mari coba kita cek yaa... ".... "Ooo.. ga apa-apa..ini hanya flue biasa.."... atau.. "ooh, ini ada gangguan pada lambung Bapak..." dan seterusnya, dan sebagainya..

Begitulah kira-kira yang disampaikan seorang Dokter, ketika ada pasien yang mengunjunginya untuk berobat.

"Ada alergi obat, Bu ?"... ... "Ada riwayat operasi, Pak ?"... "Ada riwayat hipertensi Mba ?' dan sejenisnya..

Hal ini hampir sama dengan yang terjadi di ruang konservasi kertas... Lho, kok bisa ?? Maksudnya bagaimana ?

Jadi begini...Bahan perpustakaan dari tempat koleksi layanan, setelah melewati sortir, dan berdasarkan skala prioritas dari pustakawan di layanan, akan dibawa ke ruang workshop konservasi untuk dilakukan treatment perawatan, dan perbaikan fisiknya. Koleksi BP inilah sebagai pasiennya. Pustakawan di konservasi sebagai dokternya.

"Pasien" tersebut akan diamati dan didata keluhan serta penyakitnya. Ada form"survey kondisi" namanya. Form berisi data-data fisik, termasuk jumlah halaman, tingkat keasaman (pH), luntur / tidaknya bahan perpustakaan tersebut, serta data berbagai kerusakan koleksi tersebut.


Dari data yang diperoleh, analisa akan dilakukan. Hipotesa siap dikeluarkan. Bermodalkan data tersebut, maka "dokter" di workshop konservasi akan mengusulkan treatment yang akan dilakukan terhadap bahan pustaka tadi.

Mengapa namanya "usulan" perbaikan ? Karena pada saat proses konservasi berlangsung, bukan tidak mungkin akan terjadi situasi yang berbeda dari analisa awal. Bisa saja usulan perlakuannya ada 5 langkah, tapi pada akhirnya ketika proses berjalan, treatment hanya 3 (tiga) yang dipergunakan.

Di sini terdapat lagi kemiripan pustakawan di ruang konservasi dengan dokter sebenarnya. Bisa saja di awal dokter mengusulkan obat A terhadap penyakit si X. Tapi dalam perjalanannya, bisa saja si X tidak cocok terhadap obat A. Dengan demikian, ada prosedur yang berubah, menyesuaikan kondisi dan kebutuhan si pasien (si X).

Jadi bgitu kurang lebih penjelasan tentang kata-kata "usulan" pada form survey kondisi tersebut.

Survey kondisi sendiri dilakukan terhadap koleksi/bahan pustaka yang masuk ke ruang konservasi. Termasuk di dalamnya diminta untuk mebuat foto dokumentasi before dan after treatment. Sehingga bisa diketahui perubahan koleksi tersebut sebelum dan sesudah dilakukan konservasi. 

Fungsi lainnya dari foto dokumentasi tersebut adalah sebagai antisipasi jika terjadi hal-hal yang di luar prediksi pustakawan konservasi. Apalagi jika bahan pustaka yang datang sudah dalam keadaan yang terputus-putus, mirip puzzle. Foto di awal bisa jadi alat bantu atau acuan untuk penyusunan "puzzle" tersebut dalam proses konservasinya.

Setelah semua tahapan konservasi bahan pustaka dilakukan, tibalah saatnya koleksi tersebut "diperiksa" kembali, sebelum dikembalikan ke layanan. Inilah yang merupakan survey pasca konservasi. Di form pasca ini (biasanya berada di halaman belakang dari form survey pra konservasi) akan didata kondisi akhir koleksi : pH (tingkat keasaman), bentuknya, jilidannya, dan sebagainya. Foto pasca konservasi juga diminta untuk disertakan. 


Bagi koordinator kegiatan konservasi tersebut ada tugas tambahan lagi. Koordinator akan mengecek kualitas (Quality Control) dari output konservasi tersebut. Jika kondisi sudah sesuai yang diharapkan, maka koleksi dapat dikembalikan ke unit layanan bahan pustaka. Namun jika kondisi jauh dari yang diharapkan, maka koordinator akan meminta pustakawan konservasi yang mengerjakan sebelumnya, untuk memperbaiki/mengulang perlakuan konservasinya.

Di sinilah dibutuhkan ketelatenan, kesabaran, keuletan dari seorang pustakawan 'dokter' konservasi. Harus sabar menghadapi koleksi yang terkadang sudah sangat rapuh, sehingga menanganinya mesti sangat hati-hati, sebagaimana merawat orang tua yang sudah sangat renta. Harus telaten dalam proses "pengobatan" perbaikannya. Dan juga "Ulet" ! Karena bukan tidak mungkin, bahan pustaka yang dihadapi memiliki tingkat kesulitan penanganan yang cukup tinggi. Terkadang begitu memacu adrenalin, memainkan emosi. Jika tidak ulet, maka tidak mustahil pustakawan konservasi akan menyerah di tengah jalan.

cek di sini untuk cerita konservasi lainnya..

Namun sebagaimana profesi dokter yang sesungguhnya, seorang pustakawan konservasi juga adalah manusia. Memiliki rasa, emosi, nafsu. Tak jarang terjadi kesalahan, gangguan, atau kegagalan di tengah jalan proses perbaikannya. Dan bisa jadi itu adalah di luar bayangan, di luar ekspektasi sang pustakawan. Setelah usaha maksimal yang dilakukan, terkadang ada saja terjadi, di luar perkiraan. Adanya bahan pustaka yang berdasarkan uji atau berdasarkan pengalaman sebelum-sebelumnya tidak luntur, ternyata mengalami kelunturan. Ada juga bahan pustaka yang nampak masih kuat, ternyata saat dilakukan proses konservasi jadi koleksi yang begitu rapuh. Inilah yang kadang membuat pustakawan konservasi terkaget-kaget, kecewa, bahkan sedih. Apalagi jika kemudian hal tersebut jadi bahan cercaan atau cemoohan terhadapnya. Seolah hilang wujud usahanya yang telah semaksimal mungkin pada koleksi tersebut. Ibarat "akibat nila setitik, rusak susu sebelanga."



Yaa... pustakawan konservasi juga manusia. Bisa saja gagal. Sebagaimana profesi dokter yang sebenarnya.  Usaha dilakukan semaksimal mungkin. Namun keputusan akhir tentang hasilnya, tetaplah DIA yang menentukan. Jadi, mungkin kita bisa coba mulai berempati terhadap pustakawan konservasi tersebut.

Mau tau lebih banyak tentang preservasii bahan pustaka ? Silakan berkunjung ke sini...

Wallahu'alam


=======================

Kamar tengah, saat WFH



Sunday, October 4, 2020

Apa saja yang masuk ke ruangan Konservasi bahan pustaka ?





Konservasi bahan pustaka (sekarang : konservasi bahan perpustakaan) menjadi bagian dari Preservasi  Bahan Perpustakaan. Tujuan utama dari konservasi bahan perpustakaan ini adalah untuk melestarikan bentuk fisik dari bahan perpustakaan, agar tetap dapat dipergunakan oleh generasi yang akan datang. Ini artinya, konservasi bahan perpustakaan berupaya untuk memperpanjang usia da    ri bahan pustaka tersebut.

Bidang konservasi tidak berwenang untuk memperbaiki kandungan isi (konten) dari bahan pustaka tersebut. Jadi yang diperbaiki benar-benar hanyalah bentuk fisik alias tampilan luarnya saja.

Konservasi bisa dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu : 

a. Konservasi preventif

Yaitu tindakan preventif atau pencegahan terhadap kerusakan bahan perpustakaan. Termasuk di dalamnya adalah antara lain : pembuatan sirkulasi udara yang baik, filter terhadap cahaya UV, desain ruang koleksi sesuai standar, pembersihan debu, 

b. Konservasi kuratif

Yaitu tindakan perbaikan terhadap berbagai kerusakan bahan perpustakaan. Termasuk di dalamnya adalah tindakan/treatment : bleaching, deasidifikasi, lining, laminasi, enkapsulasi, mending, dan sebagainya.


Untuk koleksi bahan perpustakaan sendiri, setidaknya bisa dibagi menjadi 2(dua) kelompok besar berdasarkan jenisnya, yaitu :

1. Koleksi Bahan Perpustakaan Karya Cetak

Umumnya berbahan dasar kertas. Tetapi ada beberapa juga yang non kertas. Termasuk di dalamnya :adalah : peta, gambar, buku, majalah, koran, naskah, dan sebagainya. Sedangkan karya cetak non kertas misalnya : naskah lontar, naskah pada batang bambu, kayu atau pun tulang, dan sebagainya.



2. Koleksi Bahan Perpustakaan  Karya Rekam 

Misalnya : CD, VCD, DVD, betamax, disket, mikrofilm, mikrofis, dan sebagainya.



Khusus untuk bidang konservasi bahan perpustakaan di Perpustakaan Nasional RI, untuk saat ini yang ditangani barulah karya cetak.

Untuk bahan perpustakaan karya cetak, yang masuk ke ruang konservasi bahan perpustakaan  adalah koleksi yang telah memenuhi skala prioritas, dan dipilihkan oleh staf di bagian layanan koleksi. 

Dasar pertimbangan koleksi tersebut dikirim antara lain :

a.  langka / kuno

 Langka artinya di luar sudah tidak ada lagi salinannya yang beredar atau sudah sulit dicari          salinannya. Kuno artinya  sudah berusia setidaknya sudah 50 (lima puluh) tahun.

b. banyak dibutuhkan / dicari oleh pemustaka

 Artinya koleksi tersebut bernilai, atau mengandung isi yang berharga

c. kondisi fisik bahan perpustakaan tersebut (rapuh, rusak, dan sebagainya)



Bahan perpustakaan yang telah disortir atau dipilih tersebut selanjutnya akan dibawa ke ruang konservasi, untuk diperbaiki sesuai dengan kondisi kerusakannya.

Untuk di Perpustakaan Nasional RI, yang rutin diperbaiki (masing-masing sesuai skala prioritas) setiap tahunnya adalah : Buku langka, majalah langka, koran langka, peta, gambar, naskah kuno (kertas atau pun lontar), 

Terhadap bahan perpustakaan yang masuk ke ruang konservasi akan diberikan treatment atau pun tindakan kuratif (perbaikan) sesuai kebutuhannya.

Friday, October 2, 2020

Karena"nya"...

Source : pinterest.com

Perempuan itu sederhana. Tak terlalu cantik. Tapi di atas rata-rata. Kalo dulu, 1 tahun yg lalu, aku bisa saja mendapatkan 1-3 perempuan yang lebih cantik darinya untuk kupacari. Tapi yang ini berbeda. 

Wajahnya yang bersih, teduh, dengan pakaiannya yang berbeda, membuatku terikat. Rok yang digunakannya sebenarnya sama dengan teman perempuan lainnya. Namun, di bawah rok di sambungnya dengan kaos kaki panjang, hingga menutupi semua kakinya. Kepalanya pun ditutup dengan kain polos, terjurai hingga ujung belakangnya melewati batas pinggangnya. 


Tak banyak aku berinteraksi dengannya. Aku lebih memilih memperhatikannya dalam diam. Sungguh, kesantunan sikap dan tutur katanya, serta apa yang menutupi hampir seluruh bagian tubuhnya, itulah yang membuatku begitu memperhatikannya. Aku yang dulu begitu mudah untuk mendapatkan perempuan untuk dipacari, bahkan hingga ada diantara mereka yang langsung datang kepadaku menyatakan perasaannya.. Kini seolah tak berdaya, tak memiliki cukup keberanian untuk menyatakan apa yang aku rasakan kepadanya. Jangankan untuk "menembak", untuk sekedar berbicara agak panjang saja dengannya, seakan aku tak sanggup! 


Aku merasa tak pantas bersamanya, karena masa laluku yang cukup kelam. Namun, aku juga tak sanggup membohongi hati. 


Tanpa dikomando, aku terhipnotis, sedikit demi sedikit merubah diri. Kumulai lebih intens belajar tentang agama, yang telah kuanut sedari lahir : Islam! 


Kuberharap, dengan kenaikan kebaikan agamaku, aku lebih mudah untuk mendekatinya. Ada rasa percaya diri yang akan muncul. 


Waktu berjalan. Aku terus belajar lebih baik. Namun rasa itu terus ada, dan bahkan semakin kuat. Tak sanggup lagi kumenahannya.. Kuingin dia tau! Namun, untuk berbicara langsung, aku belum bisa! Aku tak kuasa! 


Sudahlah.. Kukuat-kuatkan. Akhirnya, mading (majalah dinding) tempatku menuliskan asa dan rasaku, tanpa menyebut namanya. Aku tak sanggup! 


Tapiii.. Aku tak paham, apakah dia telah membaca isi mading tersebut. Kalau pun paham, sepertinya dia berusaha bersikap se-biasa mungkin. Aaahhh…  inilah yang membuatku tak tahan, membuatku semakin tergila-gila dengannya. Dia begitu dewasa! 


Energiku terkuras.. Aku begitu mengharapnya, tanpa berani berkata langsung. Dia pun nyaris tak bergeming. Lalu, apa yang bisa kuperbuat? 


Aku tak sanggup begini!! Dan aku pun berlari.. Berlari sekuatnya.. Aku, letih! 


Aku berlari terus.. Hingga ke ujungnya, aku menumpahkan segalanya kepada-Nya! Aku menangis! Aku tergugu! Aku… lelah! Aku.. Ahhh.. Ntahlah!! 


Aku mengadu kepada-Nya. Mengeluarkan semua apa yang kurasa, semua yang kufikir, semua yang kuduga.. Biar.. Biarlah, Dia yang membimbingku.. !! (Sesuatu yg mungkin nyaris tak pernah aku lakukan!) 


Aku diam.. Namun air di mata mengalir.. Tepekur! 


Akhirnya.. Perlahan, dari lapis terdalam hatiku, muncul cahaya itu.. Aku.. Telah keliru! Aku telah salah! Yaa.. Aku salah! 


Aku yang telah berubah ke arah yang lebih baik, aku yang telah berubah lebih religius, ternyata melakukannya karena ingin mendapatkan simpatinya, karena ingin mendapatkan kagumnya.. Dan bukan karena-Nya!! Yaa..  karenanya! Aku, salah!! 


Aku tersungkur. Entah bagaimana sembabnya mataku.. Aku tak peduli.. !! Aku.. Salah! Akuu.. Mohon ampun, seampun2nya kepada-Nya.. !! 


Waktu berjalan. Aku, tak lagi ingin berubah karena perempuan itu. 


Namun, bayangan perempuan itu tak pernah bisa hilang dari fikiranku. Semakin kuat kumencoba menghalaunya, semakin dalam apa yg aku rasa terhadapnya. Tapi.. Aku tak ingin lagi seperti dulu.. Tidak! Aku sdh berazzam! 


Tapii.. Aku tak sanggup! Berat rasanya bagiku! 


Kuberlari lagi.. Berlari sekuatnya, hingga kutersungkur! 


Tak kuasa aku. Aku kembali kepadaNya. Melarikan diri kepada-Nya. Menumpahkan segala yang kurasa. Ya Rabb.. Ampuni aku. Aku sudah berazzam.. Tak ingin kutersesat dalam kubangan dosa. Yaa.. Walau aku memang memiliki asa terhadap perempuan itu..


Rabb.. Engkau yang Maha Mengetahui, Maha Berencana, Maha Kasih.. Malam ini, kutitipkan ia, wanita sholehah itu, kepada Engkau. Jagalah ia.. Hingga saatnya nanti,kumohon, pertemukanlah kami dalam kondisi yg terbaik menurut Engkau. Aku ingin mendampinginya, dalam kehidupan dunia dan akhiratnya. Tolong, jaga dia, untukku! Jadikanlah dia, perempuan terbaik bagiku.. 


Source : freepik


Robb…  ampuni Aku, jika Aku salah dalam bermohon. Namun itulah yg Aku rasa.. Dan kepada Engkau sajalah tempat terbaikku mengadu.. Ampuni hamba, ampuni hamba…  


Kabulkanlah permohonanku ini…  Aamiinnn.. !! 


Daaann…  Aku tertunduk sangat dalam, melepas apa yang kurasa, Tanpa peduli lg airmata yg begitu deras keluar, membasahi sejadah dan sarungku.. Aku tergugu.. Dan, mataku kembali bengkak.. 


Malam yang sunyi pun menjadi saksinya.. Saksi bahwa Aku telah menitipkan wanita itu kepada-Nya.. Saksi bahwa Aku berharap, agar dia menjadi yang terbaik bagiku.. 


Dan suatu saat nanti, atas kehendak dan ridho-Nya, aku akan datang untuk menghalalkannya bagiku.. Semoga! 


Tapiiii… jika kelak yang terjadi adalah yang sebaliknya, meski saat ini rasanya berat, kuharap, Allah bisa menenangkan diri ini.. Menghadirkan diri ini dalam taman keikhlasan.. Dan aku dapat menjalaninya dengan senyum, serta kepala tegak.. Dengan tetap berhusnuzon kepada-Nya.. 

Semoga ya Allah…  





==========================


#Fastwriting
19 Sept 2019

Based on true story*****