Sesungguhnya, Saya malu untuk membahas hal ini. Diperlukan keberanian dan kesiapan mental untuk menguraikan nya. Mengapa? Karena rasanya Sayalah yang perlu belajar dengan sangat tentang parenting ini. Saya belum berhasil menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak Saya. Saya belum bisa menjadi contoh bagi mereka. Saya juga belum bisa mencetak anak-anak yang penuh dengan prestasi gemilang. Bahkan kenyataan di lapangan, barangkali Saya adalah sosok orang tua yang tidak patut dijadikan contoh bagi yang lain.
Akan tetapi, akhirnya Saya berfikir bahwa dengan mencoba menguraikan perihal parenting sesuai dengan apa yang Saya pahami dan fikirkan, Saya malah jadi ikut belajar juga. Tulisan ini semoga menjadi pengingat bagi Saya, sebagai penyemangat bagi Saya, dan juga suami, untuk terus memperbaiki diri, untuk bisa menjadi orang tua yang sholeh/sholeha bagi anak-anak kami. Dan semoga juga ini bisa diambil manfaatnya bagi semua. Bukankah belajar hendaknya tidak melulu dari keberhasilan? Kegagalan atau pun ke-belum berhasilan, bisa menjadi pembelajaran juga, agar tidak diulangi lagi, agar ke depannya jadi lebih baik. Semoga.
Baiklah. Jadi begini, bagi Saya, parenting bukan saja berarti belajar tentang bagaimana mengasuh anak usia sekian, bagaimana mengelola menyemangati mereka, bagaimana menghadapi permasalahan anak pada tahapan tertentu dan seterusnya. Namun bagi Saya, parenting juga adalah tentang belajar mengenai bagaimana menjadi orang tua yang seharusnya bagi anak-anak. Tentang bagaimana mengatur diri menjadi orang tua yang sholeh/sholehah bagi anak-anak. Parenting tidak saja tentang mencetak anak-anak yang berkualitas, tapi juga tentang bagaimana menjadi orang tua yang berkualitas bagi mereka.
Setahu Saya, belum ada sekolah yang benar-benar ditujukan pendiriannya bagi orang tua. Belum ada sekolah yang materinya full tentang bagaimana menjadi orang tua yang baik. Karena, pendidikan untuk menjadi orang tua yang sholeh/sholeha adalah pendidikan yang terus menerus dan diaplikasikasi langsung di lapangan.
Diperlukan pembelajaran secara masiv bagi setiap orang tua, tanpa lelah, tanpa henti, mengenai bagaimana mengelola diri agar bisa menjadi orang tua yang berkualitas. Sumber belajar bisa dari mana saja. Bahkan bisa dari sang anak. Banyak hal yang bisa dicontoh dari polosnya mereka, apalagi yang masih kecil. Contohnya : sikap pemaaf nya, sikap jujurnya, sikap cerianya, sikap semangatnya, dan sebagainya.
Beberapa point yang perlu diperhatikan dalam upaya menjadi orang tua yang baik:
Luruskan niat.
Apa yang kita lakukan untuk memperbaiki kualitas diri sebagai orang tua niatkanlah sebagai ibadah kepada -Nya. Agar apa-apa yang kita lakukan juga tidak sia-sia di mata-Nya.
Ingat bahwa anak adalah amanah dari-Nya.
Karena anak-anak adalah amanah langsung dari-Nya, titipan-Nya, maka kelak akan dimintai pertanggungjawabannya. Titipan dari orang lain saja kita cenderung menjaganya dengan baik, maka apalagi ini, titipan langsung dari Sang Pencipta. Sangatlah patut untuk dijaga semaksimal mungkin. Baik dan buruknya sang anak, dengan kuasaNya, kitalah yang mewarnainya.
Senantiasa berdo'a.
Teruslah mohonkan pertolonganNya dalam memperbaiki diri, dan juga dalam mengasuh anak-anak. Libatkan DIA, karena DIA-lah yang telah menciptakan. Ini artinya DIA punya alat-alat mau pun kelengkapan lainnya untuk memperbaiki diri hamba-Nya. Yakinlah.
Hindari rasa, malu, gengsi, dan ego.
Abaikan hal-hal tersebut jika kita memang serius, sungguh-sungguh ber'azzam untuk belajar jadi lebih baik. Barangkali memang tidak mudah, karena manusia memiliki nafsu. Namun jika kita menginginkan kebaikan bagi anak-anak kita, keluarga kita, maka mulailah dari diri sendiri. Ibda' bi nafsik.
Belajar dari mana saja
Pembelajaran untuk menjadi orang tua yang lebih baik bisa berlangsung di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Bahkan sekali lagi, dari anak-anak kita sendiri. Jangan menutup diri untuk menerima masukan yang membangun.
Teruslah bersemangat.
Jaga stabilitas mood untuk terus belajar dan mempraktekkannya. Benahi terus diri kita sebagai orang tua. Perbaiki attitude kita. Anak-anak lebih suka mencontoh dari pada sekedar mendengarkan ocehan atau pun nasehat panjang dari orang tuanya. Karenanya, berikanlah contoh yang baik. Termasuk di dalamnya adalah sikap mau meminta maaf, jika melakukan kesalahan.
Ingat bahwa anak-anak kita adalah manusia juga.
Bersiaplah dan bersegeralah, perlakukan mereka sebagaimana memperlakukan manusia seharusnya. Mereka memiliki rasa, hati, dan juga akal. Beri mereka ruang untuk itu. Beri mereka kesempatan untuk menunjukannya, mengeksplorasi nya. Tugas kita membimbing, mengarahkan, serta membekali mereka dengan iman yang akan menjadi penjaga mereka.
Itulah beberapa hal yang seharusnya menjadi perhatian kita untuk memperbaiki diri sebagai orang tua bagi anak-anaknya. Inilah mungkin, sedikit gambaran ideal bagi orang tua yang sedang berjuang untuk kebaikan keluarganya.
Meskipun ini begitu membuat Saya malu, karena belum bisa merealisasikannya dengan sepenuhnya, namun sekali lagi, Saya berharap semoga ini bisa menjadi manfaat bagi para orang tua lainnya. Dan juga menjadi pengingat bagi Saya dan suami, dalam rangka proses terus memperbaiki diri sebagai orang tua.
Semoga ini menjadi tabungan amalan bagi Saya. Dan semoga pula, Allah mengampuni Saya dan suami karena kekeliruan, kesalahan, yang pernah kami lakukan terhadap anak-anak. Astaghfirullahal 'adziim… !!
Wallahu'alam bi showab.
======
Salemba, 08.01 WIB
No comments:
Post a Comment