Monday, May 11, 2020

Naskah Lontar, si kaya yang nyaris terlupakan

Pernahkah Anda melihat sebuah naskah atau manuskrip yang ditulis di atas helaian daun panjang serupa daun kelapa yang telah dikeringkan ? Manuskrip seperti ini bisa saja ditemukan di daerah-daerah tertentu, seperti : Bali, Lombok (NTB), Jawa, dan beberapa daerah lainnya. Bisa juga ditemukan di beberapa Museum, Perpustakaan (termasuk Perpustakaan Nasinal RI), dan para pemilik naskah (pribadi). Manuskrip inilah yang disebut manuskrip daun lontar (Palm leaf manuscript).
 Daun lontar dipilih sebagai media penulisan, terutama oleh nenek moyang kita,sebelum adanya kertas, adalah karena salah satu sifatnya yaitu cukup kuat untuk jangka panjang. Namun tidak sekonyong-konyong daun lontar tersebut dapat ditulisi langsung. Perlu proses panjang untuk menjadikannya siap ditulisi, dengn kondisi yang maksimal. Dan tahukah Anda, berapa kira-kira waktu yang dibutuhkan tersebut ? Boleh percaya atau tidak, namun inilah kenyataannya : untuk mendapatkan helaian siap tulis, yang disebut blanko lontar, setidaknya dibutuhkan waktu sekitar satu tahun. Mulai dari pemetikan daun, hingga helaian siap tulis.
Biasanya, naskah terdiri atas beberapa helai daun yang disatukan dengan tali pada bagian tengahnya. Sebagai pelindung, biasanya diberi cover dari kayu, bambu, dan sebagainya, yang disebut sebagai “kropak”. Kropak pun ada yang tampil cantik, yaitu dengan adanya hiasan ukiran.
Manuskrip lontar umumnya berisikan informasi tentang  religius atau spiritual, pengobatan, sejarah, astronomi, arsitektur, ramalan, karya sastra, dan sebagainya. Bahasa dan aksara yang digunakan pun ada beberapa jenis, antara lain : Pegon, Jawa Kuno, Bali, Sunda Kuno.  Jadi, seandainya saja, dituangkan ke dalam berbagai bentuk tulisan, maka kandungan isi manuskrip lontar tersebut bisa menghasilkan sangat banyak tulisan yang bermanfaat. Jadi, masih adakah yang meragukan kekayaan khasanah Nusantara  ??
Sayangnya, kekayaan tersebut kurang tergali. Tak cukup banyak yang tertarik untuk memahaminya. Aksara dan bahasa yang “aneh”, belum lagi tampilan yang mungkin terkesan kurang “milenial”, barangkali menjadi salah satu penyebab “tersimpannya” naskah-naskah lontar tersebut, tanpa tersentuh. Dan bukan tidak mungkin, baru disadari keberadaanya, saat manuskrip lontar tersebut justru sudah hancur.
Barangkali terlalu “parno” jika berasumsi seperti itu. Namun, bisa jadi, itulah kenyataannya. Naskah lontar terabaikan sekian lama, tanpa tersentuh. Bagaimana akan menyelamatkan kandungan isi (konten)nya, jika kondisi fisiknya tidak bisa terjaga ? Sementara di luar sana, banyak pihak yang bisa mengincar keberadaan naskah-naskah lontar yang berharga tersebut, dan siap untuk mengambil alihnya. Tapi, relakah kita ?
Mungkin, ada baiknya, jika belum bisa memanfaatkannya, atau menyumbangkan naskah yang ada kepada lembaga yang berkompeten (seperti Perpustakaan Nasional RI) kita bisa menjaga kondisi fisik naskah lontar tersebut dari kerusakan atau kehancuran.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan pada naskah atau manuskrip lontar tersebut. Misalnya saja :
  1. Kondisi penyimpanan, hendaknya hindari kondisi yang lembab atau terlalu kering. Suhu ruang yang stabil bisa membantu menjaga kondisi naskah lontar tersebut. Sesekali, angin-anginkan dalam kondisi terbuka.
  2. Kotoran maupun pollutan. Karenanya, usahakan untuk senantiasa membersihkan naskah lontar secara berkala. Bisa menggunakan kain lap yang lembut, mau pun vacuum cleaner (menghisap debu sekitarnya).
  3. Adanya biota (serangga, jamur, hewan pengerat). Senantiasa lakukan pemeriksaan secara rutin terhadap kondisi naskah. Diangin-anginkan sesekali, untuk menghindari tumbuhnya jamur.
  4. Faktor Manusia. Keteledoran dan ketidakdisiplinan dalam memperlakukan naskah lontar, dapat menjadi penyebab, pemicu, dalam kerusakan lontar tersebut. Biasakan menyentuh naskah dengan tngan yang bersih, dengan penuh kehati-hatian.
  5. Sinar ultraviolet. Hindari paparan sinar matahari langsung kepada naskah lontar tersebut. Paparan langsung, apalagi yang terus menerus, dapat mmicu kerapuhan bagi naskah lontar.
Dan berikut beberapa tips dalam perawatan manuskrip lontar :
  1. Bersihkan naskah lontar  dan tempat penyimpanannya secara berkala.
  2. Usahakan menyimpan naskah lontar dalam media berbahan bebas asam. Atau, bungkuslah naskah lontar dengan menggunakan kain katun putih. Lalu ikat dengan menggunakan tali yang berbahan katun juga.
  3. Letakkan beberapa butir kapur barus atau 1-2 bungkus sachet silica gel (untuk ruang tertutup, seperti box, dan sebagainya) pada lokasi penyimpanan naskah.
  4. Hindari menyimpan naskah di tempat yang lembab, atau terlalu kering. Akan lebih baik, jika menyimpannya di tempat bersuhu ruang dengan sirkulasi udara yang lancar.
  5. Hindari pula paparan sinar matahari langsung, apalagi secara terus menerus. Karena sinar UV dari sinar matahari ini dapat merusak naskah lontar tersebut.
  6. Biasakan menyentuh naskah lontar dengan tangan yang bersih, dan dengan sikap yang hati-hati. Hindari makan dan minum di dekat naskah.
Sedikit hal yang kita lakukan, semoga saja bisa menjadi sumbangsih kita dalam menjaga kekayaan Nusantara.  

==========================


No comments:

Post a Comment