Saturday, July 11, 2020

Covid-19 dan lautan ilmu


sumber : egindo.co


Sesungguhnya, saat ini Emak masih ter'pelongo-pelongo', terkagum-kagum dengan yang ada sekarang. Kajian online dimana-mana. Webinar bertebaran dari mana saja. Materi dan temanya pun beragam. Boleh dikata, saat ini tiada hari tanpa webinar, tanpa seminar online, tanpa meeting online. Terkadang waktunya pun paralel, ada dua atau lebih acara yang bersamaan waktunya. Ada yang memberikan e-sertifikat, ada pula yang tidak. Yang dibutuhkan adalah kesediaan untuk mengikutinya saja.

Yang juga tak kalah membuat decakan adalah, seminar, webinar, atau kajian tersebut seringkali bisa diikuti tanpa dipungut bayaran sepeser pun, alias free. Kalaupun ada yang berbayar, itu lebih sering dengan nilai yang "tidak seberapa", dibandingkan dengan manfaat yang bisa diambil dari acara tersebut. Jarang dari acara tersebut berbayar dengan nominal di atas Rp 100.000 (seratus ribu rupiah) per pertemuan. Terkadang malah dengan "seikhlasnya" saja.

Maa syaa Allah... Jaman apa ini ? Era apa ini ??

Yaa... ini era pandemi Covid-19, Saudara-saudara. Saat manusia harus "dikurung", dipaksa untuk tidak kemana-mana, maka setelah lewat masa relaksasinya (relaks dari rutinitas yang mungkin membosankn sebelumnya), muncul kreatifitasnya. Manusia yang biasa mengolah akal atau pun fisiknya, akan mencari sesuatu yang bisa menjadi alternatif kegiatannya, mengusir kebosanannya, dan agar senantiasa produktif.

Lepas dari hanya memikirkan diri sendiri, atau lingkungan terkecil atau terdekatnya, maka kemudian akan ada kecenderungan untuk juga berbagi, melihat sekitarnya, menebar manfaat. Begitulah yang sepintas teramati oleh Emak,di samping yang Emak baca juga dari suatu sumber.

Alhasil, muncullah kreatifitas tersebut. Muncullah semangat saling berbagi, saling menebar manfaat, saling memberi aura positif, saling menguatkan. Dari tempat atau kediaman masing-masing, mereka saling berkolaborasi, secara online, melalui jaringan internet. Dan, otomatis, internet pun di saat ini jadi naik daun, banyak dibutuhkan.

sumber : billionairecoach.co.id


Dengan bermodalkan jaringan internet, ilmu, pengetahuan, maupun kunjungan ke berbagai tempat bisa didapatkan dan dilakukan secara online, virtual, dan real time. Limpahan informasi berdatangan dari mana-mana. Lautan ilmu pengetahuan seolah tercurah dengan begitu dahsyat, secara masiv. Narasumber bisa dari mana saja, berada dimana saja, bahkan dari luar negeri. Peserta pun berasal dari mana-mana. Bisa saja, bukan se-Nusantara lagi, tapi, sebumi! Dari peserta yang hanya berjumlah satuan, hingga ribuan. Dan mereka tetap berada di tempat masing-masing. Terkadang malah tanpa mandi terlebih dahulu untuk mengikutinya. Tapi ada juga yang mensyaratkan berpakaian sopan atau dengan ketentuan tertentu (tapi ga banyak siiih..). Layar bisa diatur, agar kita bisa tampak wajah, atau ditutupi, di belakang layar saja, tapi tetap bisa mengikuti acara tersebut. Keren kaann ?? Belum mandi, tapi bisa ikut acara yang pesertanya bisa ribuan itu... hehehehe.. kapan lagi yak ??

Daaan, itu terjadi pada masa pandemi Covid-19 ini. Ya, saat si "musuh" tersebut berkeliaran. Maka, benarlah bahwa apa yang DIA ciptakan itu tidak ada yang sia-sia. Bahkan dengan situasi ini. Tanpa mengurangi kerendahan hati, juga rasa empati kepada para korban dan keluarganya, situasi ini mengajarkan kita tentang banyak hal. Tentang kesabaran, keikhlasan, dan juga kepedulian terhadap sesama. Situasi ini pula yang menuntut kita untuk lebih kreatif, mengasah kemampuan kita, termasuk dengan berbagi informasi dan pengetahuan secara online tersebut. Ilmu yang selama ini mungkin menjadi sesuatu yang "eksklusif", barang mahal, karena untuk menyelenggarakan "sharing pengetahuan" tersebut memerlukan biaya yang tidak sedikit, maka pada saat ini menjadi lebih lumer. Berbagi ilmu malah mungkin menjadi suatu kebutuhan. Dan bukankah dengan berbagi secara terbuka tersebut, maka bisa menjadi tabungan untuk di akhirat kelak yang pahalanya tak terputus selama bermanfaat ?? 

Sudah sangat wajar agaknya, suatu lembaga, instansi, institusi atau pun ormas, mengadakan acara-acara online tersebut. Mengapa ? Karena dengan sistem seperti ini, maka kemungkinan besar, biaya yang dikeluarkan adalah jauh lebih kecil dibandingkan jika diadakan secara offline. Jika secara offline akan dibutuhkan ruangan yang cukup besar, konsumsi, transportasi, akomodasi pembicara, dan sebagainya, maka secara online, yang terutama dikeluarkan adalah untuk biaya internet dan biaya sewa penyedia jasa meeting online tersebut saja. Untuk narasumber, seringkali mereka malah "free of charge", alias tidak berbayar. Betapa mulianya hati mereka kan ?? Maka, terbayang kan perbedaannya ? Bayangkan pula, berapa biaya yang harus dikeluarkan peserta untuk dapat mengikuti acara-acara tersebut secara offline. Transportasi (bisa saja tiket pesawat, bagi yang dari luar kota), konsumsi, waktu, stress di perjalanan, dan sebagainya. Bersyukurlah, karena dengan cara online yang dibutuhkan terutama adalah hanya "kestabilan jaringan internet". Iya kan ?

Jadi, jika mau lebih jujur dan ikhlas, maka sekali lagi, "Tidak ada yang sia-sia yang diciptakan-Nya". Iya kan ?? Pasti ada hikmah di balik setiap ketetapan-Nya. 

Wallahu'alam bi showab.

====
Dan Emak masih terpelongo kagum..

====

Malam menjelang tidur, 23.23 WIB
Bekasi

No comments:

Post a Comment